Selasa 14 Sep 2021 01:38 WIB

Pandemi Bikin Stres, Iluni UI Siapkan 36 Psikolog Gratis

Peningkatan stres dapat diminimalisasi dengan mengelolanya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Stres (Ilustrasi). Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) akan menyelenggarakan sesi konsuling gratis dengan 36 psikolog dari seluruh Indonesia untuk membantu masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental.
Foto: Flickr
Stres (Ilustrasi). Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) akan menyelenggarakan sesi konsuling gratis dengan 36 psikolog dari seluruh Indonesia untuk membantu masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) akan menyelenggarakan sesi konsuling gratis dengan 36 psikolog dari seluruh Indonesia untuk membantu masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental. Kegiatan ini diuat karena banyaknya masyarakat yang stres akibat pandemi Covid-19.

Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan menyusul fenomena banyaknya masyarakat yang mengalami stres akibat peristiwa pandemi, dimana membuat mereka sulit untuk bertatap muka dan kurang bersosialisasi. 

“Kegiatan ini penting agar kita dapat saling mendukung, khususnya saat pandemi," katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (13/9).

Andre mengutip data International Journal of Environmental Research and Public Health tahun 2020, yang  menunjukkan selama pandemi terjadi penambahan stres pada masyarakat global, terutama pada individu dibawah usia 25 tahun. Sejalan dengan hal itu, melansir dari Journal of Medical Internet Research tahun 2020, penurunan interaksi sosial menjadi salah satu penyebab stres hingga 86 persen. Ia menambahkan, kegiatan ini bekerja sama dengan Hantari Consulting ini juga memiliki tiga rangkaian kegiatan webinar “Well-being Series Stay Cool” sejak bulan September hingga November 2021.

Ia menambahkan, rangkaian webinar dan konseling ini mengajak masyarakat bisa lebih tenang dan tetap berprasangka positif. "Kami hadir siap sedia membantu sebagai pendukung,” ujarnya.

Dalam webinar serial pertama ini, para narasumber membantu pemahaman individu tentang stres dan cara mengolah stres dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya, cara mempelajari relaksasi diri guna menjaga kesehatan mental. 

Sementara itu, Psikolog Deasy M Amrin mengatakan seseorang bisa menjaga kesehatan mental ketika ia bisa mengelola tingkat stres pada dirinya. Kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera dari suatu individu yang mampu menyadari kemampuan dirinya, dapat mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari, dan ia bisa bekerja secara produktif, serta berkontribusi bagi komunitasnya. 

Menurut Deasy, peningkatan stres dapat diminimalisasi dengan cara mengelolanya agar dapat mencapai keadaan kesejahteraan (well-being). “Mengelola tingkat stres yang kita alami merupakan cara utama untuk diri kita tetap berada dalam keadaan sehat mental. Ketika kesehatan mental kita terjaga, artinya kita sudah berada dalam keadaan kesejahteraan (well-being) mental,” ujarnya.

Deasy menjelaskan bahwa stres merupakan respons tubuh pada saat diri kita sendiri mempersepsi adanya tuntutan yang tidak mampu kita atasi. Ia menambahkan, tanda-tanda stres bisa dibagi berdasarkan empat kategori. Pertama dari fisik seperti detak jantung meningkat ataupun otot menegang dan nafas menjadi berat. 

Secara kognitif, tanda-tandanya seperti sulit fokus maupun sering lupa. Jika dari segi emosi, contohnya cepat sensitif, cemas, mudah panik dan marah atau merasa tertekan. Sementara, tanda stres dari perilaku seperti selera makan dan pola tidur berubah atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. 

Ia menyebutkan terdapat dua tahapan untuk mengelola stres. "Pertama menyadari adanya stres pada diri kita. Kedua mengelola stres tersebut," ujarnya.

Ketika sudah memasuki tahapan pengolaan stres, yang dapat seseorang lakukan adalah memodifikasi lingkungan, modifikasi pikiran, serta modifikasi fisik. Ia menambahkan, modifikasi lingkungan artinya kita mengendalikan situasi lingkungan. Mulai dari mengantisipasi hingga menyelesaikan pemicu dari stres. Namun, tidak boleh menghindar.

Sementara, modifikasi pikiran maksudnya menjadi lebih positif. Dalam arti, mengurangi sugesti negatif untuk meningkatkan relaksasi. Terakhir, modifikasi fisik berupa menjaga tubuh lebih fit dengan berolahraga. Sebab, tubuh yang sehat akan jauh lebih mudah untuk mengelola stres. 

“Untuk stay cool saat sedang stres, kita perlu mengelola stres dengan menyadari kesulitan kita, tetap fit, dan menikmati tiap tantangan yang kita hadapi. Dengan begitu kita bisa memiliki kesejahteraan dan kesehatan mental,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement