Senin 23 Aug 2021 07:09 WIB

Kenali Short Sleeper, Sindrom yang Diidap Barack Obama

Apa yang menyebabkan orang mengalami sindrom short sleeper?

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Mantan Presiden AS Barack Obama merupakan salah satu tokoh yang mengalami sindrom short sleeper.
Foto:

Schneeberg mengatakan, siapa pun yang mengalami pola tidur tidak teratur dapat mengambil manfaat dari pemeriksaan tidur. Dalam hal ini, mereka mungkin diminta untuk melacak tidur mereka melalui aplikasi, atau catatan tidur tulisan tangan yang dapat Anda unduh dari organisasi seperti American Academy of Sleep Medicine ( AASP).

Setelah melacak pola tidur mereka selama 14 hari, dokter dapat menyarankan tes electroencephalogram (EEG), yang akan merekam gelombang otak orang tersebut. Pada saat yang sama, fungsi jantung akan dikumpulkan melalui elektrokardiografi (EKG).

Tes ini akan membantu dalam membuat penilaian tentang kesehatan tidur seseorang dan apakah mereka kurang tidur, atau jika aktivitas otak mereka menunjukkan gangguan tidur seperti insomnia. Sedikit yang diketahui tentang penyebab sindrom tidur pendek, tetapi para peneliti telah menemukan bukti yang meyakinkan bahwa setidaknya sebagian dari kondisi itu disebabkan faktor genetik.

Salah satu peneliti terkemuka di bidang ini Ying-Hui Fu, yaitu seorang profesor neurologi di University of California, San Francisco, dan anggota UCSF Weill Institute for Neurosciences, telah mempelajari tidur pendek selama hampir 25 tahun. Penelitian itu bukan hal yang mudah karena mereka membentuk sekitar satu persen dari populasi.

Selama bertahun-tahun, Fu telah menemukan beberapa dari penyebab, yang dia sebut gen "tidur pendek”. Pada 2009, Fu dan rekan penelitinya mengidentifikasi mutasi genetik, DEC2, yang diketahui memengaruhi ritme sirkadian.

Baca juga : Usai Jozeph Paul Zhang, Kini Muncul Muhammad Kece

Setelah melakukan pemeriksaan DNA pada beberapa ratus sampel darah dari 70 keluarga orang yang telah berpartisipasi dalam studi tidur, mereka menemukan mutasi pada dua orang, seorang ibu dan seorang anak perempuan. Keduanya menunjukkan gejala umum tidur pendek karena mereka rata-rata tidur sekitar 6,25 jam per malam, tidur dari sekitar jam 23.00 sampai jam 05.00 setiap malam, dan merasa fungsional keesokan harinya.

Fu dan rekan-rekannya kemudian menguji DEC2 lebih lanjut pada hewan. Para ilmuwan membiakkan tikus dan lalat buah dengan mutasi yang sama dan mereka tidur lebih sedikit, dan pulih lebih cepat, daripada tikus dan lalat buah tanpa mutasi. Lalu, 10 tahun kemudian, pada pertengahan 2019, Fu dan timnya mengungkapkan temuan dari gen "tidur pendek" kedua dalam keluarga yang memiliki tiga generasi berturut-turut orang yang menunjukkan gejala sindrom tidur pendek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement