Rabu 18 Aug 2021 16:08 WIB

Dokter: Anak Disleksia Banyak yang Dilabel Bodoh-Terbelakang

Disleksia merupakan gangguan belajar yang membuat anak kerap dikira bodoh.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Putri Beatrice dan suaminya Edoardo Mapelli Mozzi merupakan pengidap disleksia.
Foto:

Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah, mengklasifikasikan jenis atau subtipe gangguan belajar spesifik sesuai klasifikasi internasional. Dokter anak dan ahli neurologi umum anak juga harus meninjau secara medis.

Misalnya, diidentifikasi apakah anak mengalami ADHD, masalah otot, autisme, atau gangguan perilaku. Terkadang, perubahan kurikulum pendidik sekolah atau strategi pembelajaran juga perlu ditinjau.

Dr Mannan menunjukkan bahwa sebelum diagnosis disleksia dilakukan, penting untuk mengesampingkan kondisi medis yang menyerupai tanda-tanda disleksia. Masalah hormonal seperti hipotiroidisme, kekurangan zat besi atau kekurangan multivitamin lainnya, juga dapat menyebabkan anak berperilaku tidak normal atau menunjukkan kurang konsentrasi atau gelisah.

"Baiknya coba untuk mengesampingkan semua masalah medis terlebih dahulu sebelum Anda melompat ke diagnosis disleksia. Anak harus dinilai secara memadai oleh seorang ahli dan kemudian terapi harus dimulai," kata Mannan.

Beberapa anak yang mengalami disleksia ringan bisa lebih mudah untuk diajari. Sementara mereka yang mengalami disleksia cukup parah mungkin cukup sulit untuk mengatasinya.

Namun, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sebab meskipun hingga dewasa mereka tidak bisa mengatasi disleksia, mereka tetap bisa sukses. Lihat saja musisi seperti John Lennon, Gwen Stefani, dan Eross Candra (gitaris band Sheila On 7), ketiganya tetap bisa sukses meskipun mengidap disleksia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement