REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Beatrice telah membuka diri tentang pengalamannya tumbuh sebagai orang dengan gangguan disleksia. Perempuan yang tengah hamil anak pertama itu mengatakan bahwa diagnosis disleksia didapatkannya sejak usia tujuh tahun.
Tidak hanya Beatrice, sang suami Edoardo Mapelli Mozzi juga mengalami disleksia saat kecil. Karena itulah, keduanya berkomitmen untuk memberikan pendampingan dan pengasuhan terbaik bagi anaknya jika nanti mereka mengalami hal serupa.
"Sebagai orang tua, saya akan berkaca pada masa lalu untuk kemudian mencari solusi dan melihat berbagai hal dengan perspektif yang baru," kata Beatrice dalam sebuah wawancara dengan Giovanna Fletcher untuk edisi mingguan Hello!.
Berbicara soal gangguan disleksia, apakah itu? Dilansir Indian Express, Rabu (18/8), disleksia adalah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca secara runut, menyebabkan kesulitan mengeja, menulis, atau bahkan berbicara.
Ada dua jenis leksia, yaitu disleksia dan aleksia. Disleksia termasuk kondisi neurologis yang bisa diturunkan secara genetik dan tidak disebabkan oleh pengajaran atau pengasuhan yang buruk.
Sebaliknya, aleksia terjadi di mana ketidakmampuan membaca itu berkembang seiring perjalanan kehidupan seseorang, dan bukan karena faktor genetika. Ahli saraf dari Aakash Healthcare New Delhi, Dr Madhukar Bhardwaj, menyatakan bahwa disleksia terjadi ketika area otak bernama korteks oksipital medial, yang bertanggung jawab untuk membaca dan memahami setiap kata atau ucapan, mengalami lesi.
Baca juga : Pak Dokter Membuatku Tidak Minder
"Kurangnya suplai oksigen ke area ini selama kelahiran, gangguan perkembangan atau metabolisme tertentu, kelainan genetik yang memengaruhi perkembangan otak menyebabkan komplikasi pada perkembangan daerah tersebut," kata dia.
Sementara itu, dokter anak dan ahli neonatologi di Paras Hospitals di India, Dr Manish Mannan, melaporkan bahwa sekitar 30 persen anak disleksia juga memiliki kondisi yang disebut ADHD atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Dr Bhardwaj mengatakan bahwa selama ini banyak anak dengan disleksia yang dilabeli sebagai anak bodoh dan terbelakang.
"Kesulitan umum yang dihadapi anak-anak adalah kesulitan dalam membaca dan menulis dan sering kali mereka dimarahi karena tidak memerhatikan dengan baik," kata dia.
Bagaimana cara mengidentifikasi dan mendiagnosis disleksia? Itu bisa dilakukan dengan tes berbasis kurikulum untuk mengukur kemampuan akademik anak. Kemudian di tes IQ, terapi, dan penilaian oleh psikolog.