REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum di dunia. Pembahasan mengenai ADHD sering kali hanya mengaitkan kelompok anak. Padahal, masalah ini juga bisa terjadi pada orang dewasa.
ADHD pada dasarnya adalah sebuah gangguan perkembangan saraf yang sering ditandai dengan kurangnya atensi, disorganisasi, hiperaktif, dan impulsif. Menurut World Federation of ADHD, kondisi ini diperkirakan terjadi pada sekitar enam persen populasi anak dan 2,5 persen populasi orang dewasa di dunia.
Selama berpuluh-puluh tahun, para ahli meyakini bahwa gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas hanya terjadi pada masa kanak-kanak dan berakhir ketika mereka dewasa. Akan tetapi, beberapa studi pada era '90-an menunjukkan bahwa ADHD bisa berlanjut hingga anak memasuki masa dewasa.
Saat ini, para ahli mengestimasikan bahwa setidaknya 60 persen anak dengan ADHD masih mengalami gejala ADHD ketika mereka dewasa. Terkait gejala, ada sedikit perbedaan yang tampak pada ADHD anak dan ADHD dewasa.
Pada anak, kondisi ADHD acap kali dikaitkan dengan gejala, seperti kegelisahan dan sulit untuk duduk dengan tenang. Namun, pada orang dewasa dengan ADHD, gejala hiperaktivitas ini cenderung tidak begitu terlihat.
Orang dewasa dengan ADHD lebih sering bergelut dengan gejala seperti kesulitan fokus dan disorganisasi. Secara umum, mereka mengalami kekurangan pada kemampuan fungsi eksekutif yang sebenarnya dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sebagai orang dewasa.
Baca juga : WHO Uji Massal 3 Obat Potensial untuk Covid-19
"Kemampuan membuat rencana, mengorganisasi, mengelola waktu," ujar psikiatri dari University of Minnesota Medical School dan penulis The Mindfulness Prescription for Adult ADHD Dr Lidia Zylowska, seperti dikutip dari Indian Express, Kamis (12/8).