REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Data menunjukkan varian Delta Covid-19 tampaknya telah membuat Amerika Serikat (AS) keluar dari jalur untuk mengakhiri pandemi. Akibat varian yang menyebar cepat ini ialah kasus virus melonjak, ICU terisi, dan pejabat sedang mempertimbangkan untuk mengembalikan kewajiban masker.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kasus Covid-19 telah meningkat hampir 50 persen dalam seminggu terakhir. Tercatat lebih dari 80 persen kasus baru ini disebabkan oleh infeksi varian Delta, yang saat ini merupakan varian dominan.
Para peneliti coba memperkirakan berapa lama gelombang varian Delta bertahan. Pusat Pemodelan Skenario COVID-19 yang merupakan bagian dari CDC merilis proyeksi baru pada 21 Juli. Isinya merinci jalannya lonjakan kasus virus corona.
Para peneliti membuat empat skenario yang paling mungkin. Namun skenario bisa berubah berdasarkan persentase populasi AS yang divaksinasi dan seberapa cepat varian Delta menyebar.
Menurut data, lonjakan COVID varian Delta kemungkinan akan berlanjut sepanjang musim panas dan gugur hingga memuncak pada pertengahan Oktober. Pada puncaknya, akan ada sekitar 60 ribu kasus baru dan 850 kematian setiap hari.
Ahli epidemiologi dari University of North Carolina Justin Lessler mengatakan pada Oktober, epidemi yang bangkit kembali ini telah menjangkiti banyak orang yang rentan.
"Pada saat itu kekebalan kelompok mulai mendapat serangan sedikit lebih agresif dan kami mulai melihat hal-hal turun lagi," kata Lessler dilansir dari bestlifeonline pada Selasa (27/7).
Pada Januari 2022, pusat data memproyeksikan jumlah kematian akan kembali turun di sekitar level saat ini sekitar 300 setiap hari. Lessler mengatakan ini adalah skenario terburuk tetapi juga yang paling mungkin untuk saat ini. Dalam skenario ini, AS hanya mencapai sekitar 70 persen tingkat vaksinasi di antara mereka yang memenuhi syarat, sedangkan varian Delta menjadi 60 persen lebih menular.
"Apa yang terjadi di negara dengan virus ini cocok dengan skenario paling pesimistis kami," ujar Lessler.
Lessler menyampaikan ada kemungkinan proyeksi berubah tergantung pada sejumlah faktor, termasuk apakah tingkat vaksinasi meningkat atau pembatasan COVID diberlakukan kembali.
"Perubahan perilaku yang tidak kami prediksi dan perubahan besar dalam vaksinasi bisa sangat mengubah hasil ini," kata Lessler.