REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Dokter Spesialis Orthopedi Konsultan Hip and Knee dari Eka Hospital dokter Ricky Hutapea mengatakan, ada lima gejala umum yang dialami oleh pengidap osteoarthritis atau penyakit pengapuran sendi yang perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi kualitas hidup. Ricky dalam keterangannya yang diterima di Banten, Senin (26/7), mengatakan, gejala tersebut diantaranya nyeri di persendian yang dirasakan selama atau setelah beraktivitas.
Rasa kaku pada sendi di pagi hari yang membuatnya sulit digerakkan. Munculnya tonjolan tulang yang keras dan tajam di sekitaran sendi. Serta, pembengkakan pada area sendi dan pelemahan otot di sekitar sendi.
"Bila mengalami gejala di atas, segera temui dokter spesialis agar dapat penanganan yang tepat untuk mengembalikan kualitas hidup," ujarnya.
Hal lain yang dapat terjadi adalah perubahan bentuk tungkai kaki O atau kaki X dan bunyi sendi saat ditekuk-luruskan akibat pergesekan permukaan sendi yang tidak rata.
"Kelemahan otot yang terjadi juga dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk beranjak dari duduk, berjalan, atau naik tangga," kata Ricky yang kini aktif dalam mengajar di Universitas Indonesia RSCM Orthopaedic and Traumatology Department, Program Subspesialis SP2 Adult Reconstruction dan Fakultas Kedokteran YARSI, Program Kedokteran Umum.
Ricky menjelaskan, Osteo berarti tulang, artikulasi berarti sendi, dan itis berarti ada peradangan. Jadi, osteoarthritis berarti adanya peradangan pada sendi dan tulang di sekitarnya.
Peradangan menimbulkan nyeri, kaku dan bengkak. Osteoarthritis merupakan jenis arthritis lutut yang sering ditemukan dan paling sering terjadi pada seseorang dengan usia 50 tahun ke atas. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia lebih muda.
Penyakit ini muncul seiring dengan bertambahnya masalah obesitas, usia, trauma sendi dan beban kerja berat. Faktor-faktor risiko osteoarthritis dapat dikategorikan ke dalam faktor risiko sistemik yaitu usia, jenis kelamin, genetik, dan kelebihan beratbadan, serta faktor biomekanik lokal seperti cedera sendi, malalignment dan kelemahan otot.
Penuaan atau usia merupakan faktor utama pada kondisi osteoarthritis. Dampak obesitas terhadap osteoartritis adalah melalui penyaluran beban berlebih pada sendi sehingga menyebabkan kerusakan pada lapisan tulang rawan sendi.
"Obesitas bukan hanya mempengaruhi osteoarthritis melalui proses mekanikal beban, melainkan juga melalui jalur metabolik," ujarnya.
Penanganan osteoarthritis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan xray, serta tingkat keparahan akan dinilai dari berkurangnya celah sendi. Setelah itu, secara garis besar penanganan osteoartritis dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu non operasi dengan cara edukasi, penggunaan alat bantu berjalan, terapidingin dan penyinaran panas, terapi manual seperti taping dan electrotherapy, latihan fisik seperti penguatan dan peregangan otot, terapi simtomatis, juga penggunaan obat minum.
Nyeri sendi pada lutut merupakan masalah yang sering terjadi dan merupakan penyebab disabilitas kronik pada kelompok orang berumur, katanya. Gejala osteoarthritis meliputi gangguan fungsi signifikan, dan juga gejala serta tanda peradangan seperti nyeri, bengkak dan hilangnya mobilitas.
Di sisi lain, Ricky menjelaskan penanganan lainnya secara operasi yang diformulasikan seakurat mungkin untuk mengidentifikasi masalah tiap individu dan diperhitungkan secara matang sehingga selepas itu pasien dapat melanjutkan terapi untuk mengontrol nyeri dan mengembalikan fungsi sendi lutut. Tujuan utama dan terpenting dari penanganan osteoarthritis adalah mengendalikan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi lutut.
Penanganan osteoarthritis tidak selalu dengan cara operasi. Tatalaksana osteoarthritis harus didasarkan pada evaluasi riwayat pasien secara menyeluruh, pemeriksaan fisik lengkap, dan pemeriksaan radiologis yang sesuai.