REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 dan menjadi pandemi dunia saat ini. Dalam beberapa waktu terakhir, di Indonesia, situasi wabah cukup memburuk.
Diantara orang-orang yang terinfeksi virus corona jenis baru, tidak sedikit yang saat ini pada akhirnya harus berada di rumah masing-masing untuk menjalani karantina atau isolasi mandiri (isoman). Banyak orang yang juga tidak ingin keluar dari kediaman karena kekhawatiran penularan virus.
Di situasi seperti saat ini, baik orang-orang yang menjalani isoman karena COVID-19 ataupun tidak harus semakin menjaga daya tahan tubuh semaksimal mungkin. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi makanan bernutrisi seimbang.
Belakangan, diet rendah karbohidrat disebut menjadi salah satu cara agar orang-orang dengan COVID-19 dapat lebih cepat pulih dan bagi mereka yang tidak dapat memaksimalkan cara menjaga daya tahan tubuh. Alasannya adalah karena metode diet ini dapat membantu mengendalikan gula data dan meningkatkan kesehatan metabolisme.
Dokter Spesialis Gizi Inge Permadhi mengatakan, diet rendah karbohidrat sebenarnya lebih bertujuan untuk mengurangi karbohidrat simpleks atau sederhana. Sebagai contoh dari karbohdirat ini adalah gula, yang sangat cepat diserap oleh tubuh sehingga meningkatkan gula darah dengan signifikan.
“Dengan mengurangi jumlah gula, ini mencegah energi berlebih karena dalam masa COVID-19 seperti sekarang, banyak orang yang kurang bergerak,” ujar Inge kepada republika.co.id pada Senin (19/7).
Dengan kelebihan energi yang tidak terbakar, seseorang bisa lebih mudah mengalami berat badan di atas ideal. Pada akhirnya, ini rentan menyebabkan overweight, hingga obesitas, yang tentunya memicu sejumlah penyakit seperti tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi, dan penyumbatan arteri, yang seluruhnya benkontribusi terhadap risiko penyakit jantung.
“Makan dengan kenyang dan cukup, namun jangan sampai karbohidrat simpleks menggantikan porsi makan utama,” jelas Inge.
Menurut Inge, anjuran dari Kementerian Kesehatan mengenai pola makan Isi Piringku sangatlah tepat untuk diterapkan oleh semua orang, kecuali bagi anak-anak di bawah usia dua tahun, Ibu hamil, atlet olahraga, dan dengan kondisi medis khusus karena kebutuhan asupan nutrisi yang berbeda. Adapun dalam metode ini, makanan yang disarankan lebih banyak mengandung protein, serta vitamin dan mineral dari sayur dan buah.
Aturan pembagian makanan dalam metode ini adalah 1/2 porsi piring makan, terdiri dengan sayur dan buah-buahan yang beragam jenis dan warna, ¼ piring makan diisi dengan protein (ikan,ayam,daging, kacang-kacangan dan lainnya), ¼ piring makan diisi dengan karbohidrat/makanan pokok (biji-bijian utuh, nasi, gandum, jagung dan lainnya). Kemudian, lengkapi porsi Isi Piringku dengan konsumsi air putih yang cukup dan batasi susu serta produk turunannya.
Susu adalah salah satu sumber protein hewani yang penyerapannya baik, akan tetapi susu bukanlah menjadi penyempurna seperti di metode makan empat sehat lima sempurna. Hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya keseimbangan antara asupan yang masuk ke dalam tubuh dengan yang keluar harus seimbang, karena jika berlebihan akan menimbulkan obesitas.
Selain konsumsi makanan dengan porsi gizi yang seimbang, hal yang perlu diperhatikan adalah pembatasan konsumi gula garam dan lemak. Batas maksimal konsumsi gula seseorang adalah empat sendok makan per hari, garam satu sendok teh dan lemak atau penggunaan minyak goreng maksimal lima sendok makan.
“Isi Piringku sudah ideal, tapi tentu bagi mereka yang dalam keadaan sakit harus ditambah dengan air putih, buah, sayur, bitamin, dan mineral, karena tubuh membutuhkan antioksidan yang cukup tinggi,” jelas Inge.
Inge mengingatkan agar orang-orang tetap aktif bergerak, meski saat ini banyak menghabiskan waktu hanya di rumah saja. Berolahraga apapun yang memungkinian untuk dilakukan secara rutin setidaknya 30 menit sehari dapat menjadi pilihan.
Selain itu, bagi orang-orang yang sedang menjalani isoman karena COVID-19, kebutuhan kalori sebenarnya bisa ditambah. Ia mengatakan hal ini karena pada dasarnya tubuh sedang dalam masa pemulihan.
“Kondisi sakit sebenarnya bisa ditambah, misal sehari kebutuhan kalori seseorang adalah 1.500, itu bisa dikali 1,2 dan nanti dibagi untuk tiga sampai enam kali makan,” jelas Inge.