Senin 12 Jul 2021 14:06 WIB

Sedang Isoman? Batasi Asupan 4 Makanan dan Minuman Ini

Banyak pasien covid-19 yang beralih ke makanan-makanan kalengan, beku, atau olahan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah relawan menyiapkan makanan di dapur umum peduli Covid-19, Karet, Jakarta, Senin (12/7). Aksi solidaritas dari sejumlah komunitas tersebut memberikan sekitar 1.000 paket makanan untuk membantu warga yang sedang isolasi mandiri dan terdampak kebijakan PPKM darurat .Republika/Putra M. Akbar
Foto:

Batasi Asupan Lemak

Lemak sebaiknya tidak dikonsumsi melebihi 30 persen dari total asupan energi harian. Selain itu, asupan lemak jenuh juga sebaiknya tidak melebihi 10 persen dari total asupan lemak.

Pembatasan asupan lemak bisa dilakukan dengan cara memilih metode memasak yang tidak menggunakan lemak atau hanya sedikit menggunakan lemak. Beberapa di antaranya adalah kukus, panggang, dan tumis.

Bila dibutuhkan, minyak tak jenuh bisa digunakan saat memasak dalam jumlah kecil. Beberapa contohnya adalah minyak zaitun, minyak bunga matahari, atau minyak rapeseed.

Selain itu, makanan yang dikonsumsi juga sebaiknya berasal dari sumber lemak tak jenuh seperti ikan atau kacang-kacangan. Saat mengonsumsi daging atau unggas, buang lemak berlebih yang menempel dan pilih opsi tanpa kulit.

Hindari lemak trans sebisa mungkin. Hal ini dapat diketahui dengan membaca label gizi pada kemasan produk. Bila label gizi tak tersedia, coba hindari makanan yang umumnya mengandung lemak trans seperti maknaan olahan atau makanan digoreng, misalnya donat dan kue-kuean, pizza beku, dan margarin.

Hindari Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol dapat melemahkan sistem imun. Oleh karena itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit infeksi termasuk Covid-19.

WHO menekankan pentingnya menghindari konsumsi alkohol, terutama di saat melakukan isoman. Alasannya, alkohol juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kemampuan untuk membuat keputusan.

Hal tersebut dapat membuat pasien Covid-19 menjadi lebih rentan terhadap risiko-risiko seperti jatuh, cedera, atau melakukan kekerasan terhadap orang lain di rumah atau tempat isoman lainnya.

Selain itu, gejala depresi, kecemasan, ketakutan, dan panik cenderung meningkat selama isoman. Konsumsi alkohol dapat semakin meningkatkan gejala-gejala tersebut.

"Konsumsi alkohol bukan mekanisme coping yang bagus, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang," kata WHO.

 

Perlu diketahui, alkohol dapat membuat beberapa jenis obat menjadi kurang efektif. Di sisi lain, alkohol juga dapat meningkatkan potensi dan toksisitas pada beberapa jenis obat lain. Oleh karena itu, konsumsi alkohol tak boleh dikombinasikan dengan penggunaan obat, khususnya obat nyeri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement