Rabu 23 Jun 2021 06:23 WIB

Ada Tanda Ini di Mata? Waspada Parkinson

Penyakit Parkinson dapat memunculkan beragam gejala, termasuk pada mata.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Penyakit Parkinson dapat memunculkan beragam gejala, termasuk pada mata.
Foto: moviespix
Penyakit Parkinson dapat memunculkan beragam gejala, termasuk pada mata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit Parkinson dapat memunculkan gejala yang beragam, seperti tremor hingga penurunan kognitif. Di antara beragam gejala ini, ada satu gejala penyakit Parkinson yang jarang disadari, yaitu gejala pada mata.

Gejala penyakit Parkinson yang berkaitan dengan mata adalah jarang berkedip. Berkedip merupakan salah satu hal yang penting bagi kesehatan mata. Biasanya, berkedip terjadi secara refleks sehingga jarang diperhatikan.

Baca Juga

Dalam kondisi normal, seorang individu biasanya berkedip sebanyak 16-18 kali per menit. Akan tetapi, pasien dengan penyakit Parkinson cenderung berkedip lebih sedikit. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perubahan atau kekauan otot akibat berkurangnya dopamin.

Seperti diketahui, seorang individu bisa terkena penyakit Parkinson ketika mereka kehilangan dopamin atau neuron dopaminergik di area substantia nigra pada otak. Dopamin diketahui memainkan peran penting dalam fungsi otot dan fisiologi motorik.

"Masalah bisa datang dari kesulitan menggerakkan mata dan kelopak mata, juga masalah dengan berkedip dan mata kering," papar ahli oftalmologi Elliott Perlman MD dari American Parkinson's Disease Association (APDA), seperti dilansir BestLife, Rabu (23/6).

Beberapa ahli meyakini penurunan jumlah kedip pada pasien penyakit Parkinson tak hanya dipengaruhi oleh perubahan otot yang berkaitan dengan kurangnya dopamin saja. Mereka meyakini penurunan tingkat berkedip pasien penyakit Parkinson merupakan cara tubuh mereka untuk meningkatkan paparan cahaya, yang kemudian dapat membantu tubuh untuk menghasilkan lebih banyak dopamin.

Sebuah studi dalam International Journal of Neuroscience mengungkapkan bahwa berkedip dapat membantu regulasi paparan gelap-terang. Oleh karena itu, berkedip dapat membantu menyesuaikan produksi melatonin dan dopamin di dalam tubuh dengan baik.

"Penurunan berkedip (seperti yang ditemukan pada pasien penyakit Parkinson) dapat merefleksikan sebuah mekanisme kompensasi untuk meningkatkan paparan cahaya, menurunkan produksi melatonin, dan kemudian meningkatkan fungsi dopamin," ungkap studi tersebut.

Terlepas dari itu, penurunan tingkat berkedip tentu dapat memunculkan ketidaknyamanan. Pada dasarnya, berkedip dalam tingkat yang normal diperlukan untuk menjaga kesehatan mata. Dengan berkedip secara normal, air mata bisa terdistribusi ke seluruh permukaan mata secara berkala.

Tanpa pendistribusian air mata yang konstan, permukaan mata bisa menjadi kering dan terasa tidak nyaman karena air mata menguap dengan cepat. Kondisi tersebut dapat memunculkan masalah seperti perasaan panas pada mata atau sensasi seperti ada benda asing yang masuk ke mata.

Seiring berjalannya waktu, kondisi tersebut dapat menurunkan penglihatan. Akibatnya, penderita bisa mengalami kesulitan untuk membaca dan masalah fungsi mata lain.

Menurut APDA, pasien penyakit Parkinson dengan keluhan kedipan mata yang berkurang bisa dibantu dengan produk air mata buatan. Penggunaan air mata buatan dapat meringankan gejala terkait mata pada pasien penyakit Parkinson, termasuk penglihatan rabun dan ketidaknyamanan pada mata.

Meski jarang terjadi, sebagian pasien penyakit Parkinson juga dapat mengalami gejala berupa berkedip secara berlebihan. Hal tersebut dikenal dengan nama blepharospasm atau blefarospasme.

Dokter spesialis mata atau ahli neuro-oftalmologi bisa membantu pasien dengan blefarospasme melalui penyuntikan botulinum toxin pada otot di sekitar mata. Penyuntikan ini bisa dilakukan setiap tiga hingga empat bulan sekali. Terapi ini diketahui efektif dalam memperlambat laju berkedip dan memperbaiki fungsi mata pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement