REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Merck, selaku perusahaan produsen Ivermectin, obat yang disebut menjadi salah satu pilihan untuk terapi pasien dengan infeksi virus corona jenis baru mengatakan bahwa belum ada bukti nyata bahwa ini sebenarnya efektif terhadap penyakit wabah. Pihaknya tidak yakin dengan hal tersebut.
“Kami tidak yakin bahwa data yang tersedia mendukung keamanan dan kemanjuran Ivermectin di luar dosis dan populasi yang ditunjukkan dalam informasi peresepan yang disetujui badan pengatur,” ujar Merck dalam sebuah pernyataan pada Februari, dilansir Inquirer, Selasa (22/6).
Meski demikian, Ivermectin mendapatkan popularitas sebagai pengobatan dan profilaksis (obat pencegahan) COVID-19. Merck menggarisbawahi langkah untuk mendistribusikan obat tersebut tetap dilakukan, meski ada peringatan dari lembaga kesehatan, seperti yang terjadi di Filipina.
Departemen Kesehatan Filipina pada pekan lalu mengatakan bahwa hanya rumah sakit dengan izin khusus menggunakan Ivermectin untuk perawatan COVID-19. Sejauh ini, izin khusus hanya diberikan kepada lima rumah sakit di negara itu. Di Filipina, hanya krim topikal yang mengandung Ivermectin digunakan untuk mengobati penyakit kulit, seperti kutu dan rosacea yang tersedia secara komersial.
Dilansir American Journal of Therapeutics, Ivermectin menjadi salah satu obat yang diteliti untuk mencegah sekaligus mengobati COVID-19. Obat ini dikenal memiliki sifat anti-parasit, anti-virus, dan anti-inflamasi.
Berbagai uji klinis yang dilakukan terkait Ivermectin menunjukkan bahwa penggunaan obat ini dapat mengurangi kematian, diantara orang-orang dengan atau berisiko tinggi terhadap COVID-19. Terdapat setidaknya 24 uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan 3406 peserta.
Berdasarkan 15 percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa Ivermectin mengurangi risiko kematian dibandingkan tanpa penggunaan obat ini. Rasio risiko rata-rata adalah 0,38, interval.
Hasil ini dikonfirmasi dalam analisis sekuensial percobaan menggunakan metode DerSimonian–Laird, sekaligus mendukung analisis yang tidak disesuaikan. Analisis sekuensial percobaan menggunakan metode Biggerstaff-Tweedie juga menunjukkan hasil serupa.
Sejumlah bukti menemukan bahwa profilaksis Ivermectin mengurangi tingkat infeksi virus corona jenis baru rata-rata 86 persen. Hasil sekunder memberikan bukti yang kurang pasti.