Jumat 14 May 2021 22:53 WIB

Prinsip Atur Keuangan Agar tak Bocor Usai Bulan Ramadhan

Mengelola keuangan harus dengan prinsip moderat, tidak pelit atau berlebihan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Cara generasi milenial mengatur keuangan.
Foto: citi.io
Cara generasi milenial mengatur keuangan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kadang kita tidak sadar pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi meningkat justru ketika bulan Ramadhan. Fenomena ini kerap terjadi ketika kita tergiur membeli aneka makanan untuk berbuka  maupun sahur melebihi yang dibutuhkan.

Dosen Prodi Ekonomi Islam FIAI UII, Dr Nur Kholis mengatakan, mengelola keuangan yang baik harus selalu menyisihkan pendapatan jadi tabungan investasi. Hal itu bertujuan saat terjadi bencana, dana investasi akan menunjang kebutuhan.

Baca Juga

"Dengan cadangan tabungan investasi, jika ada apapun kemudian hari tidak mengalami kesulitan. Kita ada waktu bernapas melakukan tindakan, jika ada masalah," kata Nur dalam kajian daring Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam UII, Senin (10/5).

Ia menuturkan, bentuk lain mengatur keuangan dengan mendulukan keperluan sangat penting seperti makanan bergizi dan menjaga pola hidup sehat. Untuk tata kelola konsumsi, selalu buat skala prioritas yang memperhatikan kebutuhan dan keinginan.

Sebab, harus selalu dipahami kebutuhan dan keinginan sangat berbeda. Contohnya, ketika mau berbuka puasa tinggal dilihat apakah dalam piring tersedia nutrisi yang dibutuhkan dan sebenarnya sangat terjangkau dipenuhi, tapi tidak dilakukan.

"Tapi kita kadang malah tidak melakukan itu, kita inginnya makan di tempat mewah. Sehingga, kebutuhan kita yang terpenuhi akhirnya menjadi seratus ribu," ujar Nur.

Selain itu, ia menyarankan agar menjadi insan moderat secara finansial. Artinya, tidak terlalu boros dan tidak terlalu pelit kepada orang-orang sekitar seperti keluarga, saudara atau tetangga agar dana terkelola dan hubungan tetap harmonis.

"Ketika keinginan dikelola dengan baik insya Allah pendapatan setiap orang muncul, di situ keberkahan muncul. Tidak miskin orang yang di tengah, jadi tidak pelit, tidak pelit ke keluarga, tidak pelit ke tetangga, tapi juga tidak berlebihan," kata Nur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement