Senin 19 May 2025 17:41 WIB

Pekerja Migran Diimbau Gak Cuma Pintar Cari Duit Tapi Juga 'Putar' Duit

Menteri Karding menyoroti pentingnya mengelola keuangan bagi pekerja migran.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Bijak mengelola keuangan (ilustrasi). Pengelolaan keuangan dengan bijak dapat berdampak lebih baik bagi keuangan para pekerja migran.
Foto: MGROL100
Bijak mengelola keuangan (ilustrasi). Pengelolaan keuangan dengan bijak dapat berdampak lebih baik bagi keuangan para pekerja migran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekerja migran Indonesia (PMI) diimbau untuk bijak mengelola keuangan dari hasil kerjanya di negara orang. Menurut Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding, pengelolaan keuangan dengan bijak dapat berdampak lebih baik bagi keuangan para pekerja migran.

"Yang lebih penting dari itu adalah bijak mengelola keuangan," kata Menteri Karding di acara pelepasan 293 PMI yang akan bekerja di Korea Selatan melalui skema Government to Government (G to G), di Depok, Jawa Barat, Senin (19/5/2025), sebagaimana keterangan Kementerian P2MI di Jakarta.

Baca Juga

Dia juga berpesan agar para pekerja tidak hanya fokus mencari penghasilan, tetapi juga bijak dalam mengelola keuangan. "Tahu mana yang dipakai untuk hidup sehari-hari, tahu yang mana yang dikirim ke keluarga, ke orang tua, ke anak istri, dan tahu ke mana diinvestasikan sisanya," kata dia.

Menurutnya, sebagian gaji yang diperoleh PMI sebaiknya tidak hanya ditabung, melainkan juga diinvestasikan. Ia menyebut investasi bisa berupa emas, rumah, atau bentuk lain yang aman dan menguntungkan.

"Anggaplah yang paling gampang dan pasti untung itu beli emas," ujarnya.

Menteri Karding juga menyoroti pentingnya perencanaan keuangan untuk masa depan. Ia mencontohkan beberapa purna PMI yang kini sukses menjadi pengusaha di tanah air karena mampu mengelola penghasilan mereka selama bekerja di luar negeri.

"Banyak orang yang berangkat ke Korea dan berhasil. Sabtu kemarin saya ke Cirebon, ketemu teman-teman asosiasi purna PMI. Usahanya bukan kaleng-kaleng, omzetnya minimal Rp90 juta per bulan," kata dia.

Dia juga menyebut nama Bambang, mantan PMI asal Yogyakarta, yang kini memiliki restoran dengan omzet mencapai Rp500 juta per bulan. "Kalau Mas Bambang yang punya warung resto Jempol di Yogya, omzetnya malah sudah Rp500 juta," ujar Karding.

Dia berharap para pekerja migran yang akan berangkat ke Korea Selatan bisa mengikuti jejak kesuksesan para purna PMI lainnya, dengan tetap memegang prinsip bijak dalam penggunaan dan pengelolaan uang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement