Selasa 20 Apr 2021 02:30 WIB

Pandemi, Kesempatan Pariwisata Halal untuk Bangkit

Pariwisata halal bukan dimaksudkan untuk mendikotomi destinasi wisata eksklusif.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Wisata Halal. (Republika/Mardiah)
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Wisata Halal. (Republika/Mardiah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 menjadi kesempatan untuk membangkitkan pariwisata halal yang sudah lama didorong untuk bisa memberikan kontribusi bagi pengembangan industri pariwisata. Pasalnya, tuntutan yang muncul terhadap pariwisata selama masa pandemi sejalan dengan konsep pariwisata halal.

Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan, mengatakan, pandemi membuat pariwisata dituntut mengarah ke arah yang lebih bertanggung jawab bagi pengunjung. Seperti misalnya menjaga kesehatan dan etika di destinasi wisata. Pariwisata juga mulai mengarah ke tema-tema yang menyehatkan dan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan.

Baca Juga

Konsep pariwisata halal yakni merupakan servis tambahan dan fasilitas ramah muslim atau ramah bagi keluarga. Dengan begitu, diharapkan memberikan kenyamanan bagi pengunjung muslim atau non muslim baik perorangan maupun keluarga.

"Ini kesempatan bagi pariwisata halal untuk bangkit lebih cepat karena karakteristiknya sudah sesuai dengan mega trend tourism saat ini," kata Riyanto kepada Republika.co.id, Senin (19/4).

Ia pun menegaskan, pariwisata halal bukan dimaksudkan untuk mendikotomi destinasi atau seperti destinasi religi yang eksklusif. Menurutnya, anggapan tersebut yang membuat adanya kesalahpahaman sehingga pengembangan pariwisata halal menjadi kontraproduktif.

"Ini yang harus ditata ulang sehingga benar-benar wisata ramah muslim bisa melebur tanpa ada dikotomi," katanya.

Lebih lanjut, Riyanto menuturkan, substansi pariwisata halal sejak dibahas tahun 2012 lalu hingga saat ini tidak berubah. Karena itu, ke depan para pelaku pariwisata halal harus dapat memanfaatkan kesempatan pandemi saat ini untuk mengemas pariwisata ramah muslim dengan efektif.

Menurutnya, potensi pendapatan dari wisatawan mancanegara muslim juga lebih besar dari wisatawan pada umumnya. Wisman muslim tercatat biasa menghabiskan belanja paling sedikit 1.350 dolar AS per kunjungan, di atas rata-rata wisman umum sekitar 1.100 dolar AS per kunjungan.

Belanja lebih besar jika dikunjungi oleh turis-turis dari timur tengah. Riyanto mengatakan, turis dari timur tengah rata-rata menghabiskan hingga 2.000-2.500 dolar AS per kunjungan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement