Rabu 31 Mar 2021 20:45 WIB

Cara Tetap Makan Sehat di Tengah Serbuan Junk Food

Sulit membuat pilihan sehat saat Anda dikelilingi banyak restoran cepat saji.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan cepat saji (ilustrasi).
Foto: pixabay
Makanan cepat saji (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehidupan di ibu kota tak selamanya menyehatkan. Selain terancam kehilangan udara bersih karena polusi udara, masyarakat juga disuguhi berbagai macam restoran siap saji di setiap sudut jalan.

Keberadaan restoran setiap saji menarik perhatian masyarakat untuk membeli. Fenomena itu disebut food swamp. Istilah itu diciptakan sekitar satu dekade lalu untuk menunjukkan area di mana rantai makanan cepat saji dan toko serba ada berlimpah, membanjiri pilihan yang lebih sehat seperti toko kelontong dan restoran dengan pilihan yang lebih luas.

"Sulit untuk membuat pilihan yang sehat ketika ada begitu banyak rintangan yang mengadang Anda," ujar seorang profesor nutrisi terkemuka di Penn State University di University Park, Penny Kris-Etherton, dilansir laman Daily Journal, Rabu (31/3). 

Menurut asisten profesor di University of Connecticut yang mengkhususkan diri dalam ekuitas kesehatan dan kebijakan publik terkait makanan, Kristen Cooksey Stowers, kombinasi buruk itu terlalu sering terjadi di lingkungan berpenghasilan rendah dan kurang sumber daya. Namun bukan berarti makanan cepat saji pada dasarnya buruk. 

"Ketika itu menjadi mayoritas dari apa yang dapat diandalkan oleh lingkungan, baru itu menjadi masalah. Kami melihat daerah-daerah dibanjiri dengan makanan yang tidak sehat," kata Cooksey Stowers. 

Penelitian Cooksey Stowers telah menunjukkan korelasi antara rawa makanan dan obesitas. Dia memimpin penelitian pada 2017 yang hasilnya diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health.Penelitian itu menunjukkan  fenomena food swamp adalah prediktor obesitas. 

Seorang peneliti yang menulis utama sebuah artikel tahun lalu di Journal of American Heart Association, Kris-Etherton. menghubungkan fenomena food swamp dan kualitas makanan yang buruk, obesitas dan penyakit kardiovaskular, yang semuanya dapat lebih umum di antara orang-orang berpenghasilan rendah. Para penulis menyerukan perubahan kebijakan untuk mengatasi perbedaan tersebut.

Lantas bagaimana cara menghindarinya dan konsisten dalam makan makanan sehat? Berikut beberapa saran jika Anda ternyata terjebak dalam daerah food swamp. 

Pertama, bawa camilan sehat. Sebuah apel, wortel, atau kacang-kacangan di dalam mobil mungkin mencegah Anda melakukannya secara berlebihan di drive-thru.  "Bawa sesuatu denganmu sehingga kamu tidak benar-benar lapar. Saat kamu benar-benar lapar, kamu makan lebih banyak," kata Kris-Etherton.

Kedua, berhati-hatilah dengan penawaran dan promosi restoran cepat saji. Menurut Kris-Etherton, ketika Anda melihat promosi ukuran super, atau beli satu gratis satu, mungkin masuk akal jika Anda bersama seseorang. Tapi, itu tidak akan terjadi jika Anda sendirian.

Langkah berikutnya adalah mewaspadai minuman. Minuman bersoda manis dan kopi yang dikemas dengan rasa dan krim memiliki lebih banyak kalori dibandingkan hidangan utama. 

"Orang tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang mereka makan. Mereka berpikir, 'Ini minuman. Saya tidak perlu menghitungnya'," kata dia.

Anda perlu memberikan perhatian ekstra. Mayones pada burger atau sandwich  menambah kalori dan lemak. Sebagai penggantinya, mintalah selada dan tomat ekstra. Begitu pula dengan krim kocok yang ditumpuk di atas kopi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement