REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontroversi atas distorsi sejarah Korea di industri produksi drama Negeri Ginseng membuat drama sejarah "Joseon Exorcist" dihentikan. Berlatar belakang abad ke-15 di masa kekuasaan Raja Taejong, drama fantasi 16 episode ini mengisahkan keluarga kerajaan melawan roh jahat.
Drama ini ditunggu-tunggu karena ditulis Park Gye-ok yang juga menulis serial sejarah bernuansa komedi "Mr. Queen" yang dibuat dari novel web China, dikutip dari Reuters, Senin (29/3). Tapi pekan lalu, jaringan SBS menghentikan "Joseon Exorcist" yang baru tayang dua episode, setelah menuai kontroversi karena penggambaran Raja Taejong dan putra mahkota yang dianggap tidak pantas.
Orang-orang mengkritik adegan di mana Raja Taejong yang berhalusinasi membantai rakyat Joseon yang tidak bersalah, lalu putra mahkota minum arak China dan menyantap hidangan China, seperti pangsit, kue bulan, dan telur pitan di kedai minuman yang terletak di wilayah Joseon. Keturunan dari keluarga kerajaan Joseon mengeluhkan penggambaran tentang leluhur mereka yang dianggap menyimpang.
Buntut dari penghentian "Joseon Exorcist" dirasakan "Mr.Queen", yang menghadapi kontroversi serupa karena distorsi sejarah dan penggambaran komikal dari sosok bersejarah yang berlatar belakang masa kekuasaan Raja Cheoljong. Penonton menyalahkan penulis skenario Park yang dua karyanya mendapat kontroversi serupa.
Drama "Mr.Queen" kemudian dicabut dari platform streaming Tving. Sementara itu, drama sejarah "Snowdrop" yang berlatar belakang tahun 1987 di saat terjadi gerakan demokrasi di Korea juga jadi perhatian karena nama karakternya mirip dengan nama aktivis demokrasi di kehidupan nyata.
Produser "Snowdrop" dalam pernyataan membantah tuduhan proyek ini menyuguhkan konten yang membelokkan sejarah. Skandal ini juga memengaruhi proyek "The Golden Hairpin" yang diangkat dari novel sejarah web asal China.
Orang-orang di dalam industri mengkhawatirkan perdebatan ini bakal membuat para seniman takut membuat cerita fiksi sejarah atau fantasi sejarah kelak karena khawatir atas sensor publik. Namun para ahli mengatakan itu bukan masalah pembatasan imajinasi jika produser melakukan riset secara benar sebelum membuat plot atau karakter. Mereka mengatakan, lembaga penyiaran juga harus melakukan pemeriksaan untuk meninjau proses produksi dan menyaring sumber masalah saat praproduksi.
"Fakta sejarah tidak bisa menceritakan semua yang terjadi di masa lalu, dan mereka mengisi kekosongan itu dengan imajinasi," kata kritikus budaya Kim Seong-soo.
Dia mengatakan, serial thriller sejarah "Kingdom" juga mungkin punya titik awal yang sama dengan "Joseon Exorcist" dalam hal kehidupan supernaturan di era Joseon. Tapi "Kingdom" jadi terkenal di dunia, sementara "Joseon Exorcist" malah dihentikan sejak awal.