REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menyoroti efek berbahaya dari salah satu bentuk latihan populer apabila dilakukan secara berlebihan. Penelitian yang diterbitkan pekan lalu di jurnal Cell Metabolism itu menggarisbawahi efeknya terhadap mitokondria.
Mitokondria adalah organel kecil yang ada jauh di dalam sel, bertanggung jawab mengubah substrat yang diambil tubuh dari makanan yang diolah jadi energi. Dalam istilah metabolisme, mitokrondria bertugas membakar kalori.
Itu sebabnya olahraga sangat penting untuk penurunan berat badan dan kesehatan yang berkelanjutan. Pasalnya, otot adalah sarang mitokondria. Semakin banyak otot yang dimiliki, semakin banyak mitokondria yang tersedia untuk membakar kalori.
Akan tetapi, jika seseorang melakukan bentuk olahraga dengan cara salah, itu dapat merusak kemampuan mitokondria untuk melakukan tugasnya secara efektif. Jenis latihan yang bisa berbahaya itu adalah latihan interval intensitas tinggi (HIIT).
Penelitian dipimpin oleh Filip Larsen dari Swedish School of Sport and Health Science. Dia secara khusus ingin mempelajari efek latihan HIIT berlebih pada tubuh. Dia dan rekan-rekannya menguji 11 peserta berusia muda selama empat pekan.
Mereka diminta menggunakan sepeda statis, meningkatkan intensitas latihan seiring kemajuan mereka. Selama uji coba, para peneliti memantau resistensi insulin dan fungsi mitokondria pada tubuh peserta.
Selama pekan pertama, peserta melakukan HIIT ringan selama 36 menit dan di pekan kedua meningkat jadi 90 menit. Para peserta mengalami semua efek yang dapat diharapkan dari HIIT, termasuk meningkatnya fungsi mitokondria.
Waktu olahraga di pekan ketiga bertambah drastis hingga total 152 menit yang membuat kaki lelah. Pada periode inilah fungsi mitokondria para peserta turun rata-rata 40 persen dibandingkan pekan kedua.
"Ini sangat mirip dengan perubahan yang terlihat pada orang yang mulai mengembangkan diabetes atau resistensi insulin," ungkap Larsen, seperti dikutip dari laman Eat This, Kamis (25/3).
Penurunan fungsi intrinsik itu berbarengan dengan gangguan toleransi glukosa dan sekresi insulin. Berikutnya, pada pekan keempat yang merupakan masa pemulihan, setiap peserta hanya diminta berolahraga selama 53 menit.
Dalam periode fase pemulihan, sebagian besar tubuh peserta kembali normal, tetapi fungsi mitokondria menurun 25 persen dibandingkan pekan kedua. Meskipun skala penelitian relatif kecil, temuan studi ini bisa menjadi sebuah referensi.
"Latihan HIIT tidak boleh berlebihan jika peningkatan kesehatan adalah hasil yang diinginkan," ujar peneliti dan mahasiswa doktoral di Sekolah Ilmu Olahraga dan Kesehatan Swedia, Mikael Flockhart.
Walau begitu, bukan berarti seseorang tidak boleh melakukan HIIT. Menurut Mayo Clinic, melakukan olahraga sedang sekitar 150 menit atau olahraga berat 75 menit setiap pekan sangat disarankan untuk kesehatan.
Studi baru ini menunjukkan manfaat optimal bisa dicapai dengan berolahraga 90 menit setiap pekan. Namun jangan berlebihan karena olahraga 152 menit malah menghadirkan lebih banyak hal yang merugikan daripada kebaikan.