REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidur sangat penting untuk hari yang aktif dan produktif. Saat tidur, otak memproses informasi untuk meningkatkan memori jangka panjang sekaligus agar tubuh bekerja meregenerasi sel.
Akan tetapi masih banyak yang tidak menyadari betapa pentingnya rutinitas tidur yang baik untuk kesehatan, penampilan maupun emosional. Seberapa banyak harus tidur sangat tergantung pada gaya hidup. Banyak faktor yang menentukan berapa lama harus tidur setiap malam.
Berapa jam tidur yang dibutuhkan?
Dilansir di laman Good House Keeping, Kamis (25/3), kendati kebutuhan tidur sangat bervariasi di antara individu, pertimbangkan pedoman umum dari National Sleep Foundation untuk berbagai kelompok usia. Pedoman itu antara lain, anak-anak berusia 6-13 tahun harus tidur antara 9-11 jam, remaja berusia 14-17 tahun antara 8-10 jam, dewasa berumur 18-64 tahun harus tidur 7-9 jam, dan dewasa yang lebih tua di atas 65 tahun antara 7-8 jam.
Michael Grandner, PhD, direktur Program Penelitian Tidur dan Kesehatan di Universitas Arizona, mengatakan seiring bertambahnya usia, tidur bisa menjadi lebih dangkal, dan orang lebih cenderung bangun pada malam hari. Kurang tidur tidak memiliki hubungan yang sama dengan kesehatan jangka panjang untuk orang tua dinandingkan pada orang yang lebih muda.
Menghitung waktu sempurna
Sebuah studi pada 2018 yang diterbitkan di Molecular Psychiatry menunjukkan bahwa genetika mungkin juga berperan dalam berapa lama orang perlu tidur. Namun, pada akhirnya, jumlah tidur yang tepat setiap malam dapat ditentukan oleh kapan harus bangun untuk beraktivitas seperti biasa.
Memaksa waktu tidur tertentu untuk benar-benar mematuhi pedoman dapat menjadi bumerang. Sebaiknya berfokus untuk membiarkan tubuh merasa mengantuk setelah hari yang melelahkan dengan mempraktikkan kebiasaan tidur yang baik, matikan alat elektronik, redupkan lampu, dan lakukan sesuatu untuk menenangkan pikiran saat mulai merasa mengantuk.
Risiko kesehatan akibat kurang tidur
Menurut dr Grandner, orang yang kurang tidur lebih mungkin mengalami kekurangan seperti penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi, gangguan metabolisme, mengembangkan diabetes tipe 2, peradangan dan meningkatny risiko cedera. Kurang tidur juga berdampak pada regulasi emosi, sistem hormon stres neuroendokrin, dan sistem manajemen stres lainnya.
"Kurang tidur mengganggu perhatian, kemampuan untuk fokus, kinerja fisik dan koordinasi, pembelajaran dan memori, pengambilan keputusan, dan fungsi otak lainnya," kata dr Grandner.
Haruskah fokus untuk lebih banyak tidur?
Beberapa kelompok mungkin lebih mungkin menghadapi masalah kualitas tidur, seperti remaja dan dewasa muda. Orang-orang dari latar belakang ras dan etnis minoritas, terutama individu kulit hitam, secara sistematis juga cenderung kurang tidur. Ini mungkin karena stres psikososial, diskriminasi, atau faktor lain.
Berfokus untuk mendapatkan tidur yang berkualitas adalah tujuan yang dapat membantu mengubah kesehatan holistik dengan cara yang mungkin tidak disadari. Mulailah dengan mengerjakan kebiasaan waktu tidur, dan kemudian fokus pada cara-cara dapat mengoptimalkan kamar tidur untuk tidur malam yang nyenyak.
Ketika semuanya gagal, konsultasi kepada penyedia layanan kesehatan bisa menjadi solusi. Cara itu dapat mengungkapkan kondisi kesehatan yang mendasari kesulitan tidur.