Kamis 18 Mar 2021 15:16 WIB

Reinfeksi Covid-19 Jarang Terjadi, Lansia Lebih Berisiko

Risiko reinfeksi terlihat lebih tinggi pada penyinyas berusia di atas 65 tahun.

Rep: Puti Almas/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19. Peneliti di Denmark menyatakan reinfeksi jarang terjadi namun lebih berisiko pada penyintas berusia di atas 65 tahun.
Foto:

Salah satu keterbatasan utama dari penelitian ini adalah tidak melihat apa yang terjadi pada orang yang terinfeksi kembali, seperti apakah mereka sakit atau apakah mereka merasa baik-baik saja. Selain itu, reinfeksi akan bergantung pada jumlah virus aktif yang menyebar saat itu, sehingga kemampuan untuk menggeneralisasi perlindungan kepada semua orang yang telah pulih dari Covid-19 tidak dimungkinkan berdasarkan penelitian ini.

“Studi ini menyoroti bahwa kekebalan alami tidak memberi perlindungan penuh terhadap infeksi ulang, dan ini menyoroti pentingnya bagaimana setiap orang harus mendapatkan vaksin terlepas dari riwayat infeksi sebelumnya,” jelas John Brownstein, kepala bagian inovasi di Rumah Sakit Anak Boston, Amerika Serikat (AS).

Lebih lanjut, Benkerser mengatakan bahwa studi mendukung kebutuhan untuk melanjutkan peluncuran vaksinasi Covid-19 secara agresif. Ini juga diharapkan dapat meletakkan pemikiran bahwa mencapai kekebalan kelompok melalui infeksi alami sebagai strategi kesehatan masyarakat yang layak.

“Kekebalan populasi mungkin dapat membantu dalam jangka pendek, tetapi itu tidak akan sekuat atau sekuat kekebalan yang dipicu oleh vaksin," kata Amesh Adalja, peneliti senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins

Para ilmuwan masih belum mengetahui secara persis berapa lama perlindungan bertahan setelah infeksi Covid-19 pertama. Namun, kemungkinan seseorang memiliki perlindungan yang kuat dalam beberapa bulan pertama yang berkurang secara bertahap dari waktu ke waktu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement