Selasa 09 Mar 2021 17:06 WIB

Sakit Kepala Kronis Banyak Dikeluhkan Selama Pandemi

Keluhan sakit kepala tak hanya datang dari pasien Covid-19, tetapi juga non-Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Keluhan sakit kepala tak hanya datang dari pasien Covid-19, tetapi juga non Covid-19.
Foto: Flickr
Keluhan sakit kepala tak hanya datang dari pasien Covid-19, tetapi juga non Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sakit kepala kronis semakin banyak dikeluhkan oleh pasien pada masa pandemi Covid-19. Keluhan ini tak hanya berasal dari pasien Covid-19, tetapi juga non-Covid-19.

Sakit kepala kronis berbeda dengan sakit kepala episodik. Seseorang dapat dikatakan mengalami sakit kepala kronis bila gejala sakit kepala atau migrain terjadi dua hari sekali, atau setidaknya 15 hari dalam sebulan.

Baca Juga

Gejala sakit kepala kronis bisa berlangsung lebih dari tiga bulan. Kondisi ini tentu dapat mengganggu kualitas hidup.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, ada beragam faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya sakit kepala kronis. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru dalam The Journal of Headache and Pain.

Dalam studi ini ada ribuan partisipan yang melaporkan bahwa mereka merasakan nyeri kepala yang baru atau memburuk pada masa pandemi. Di antara partisipan yang tidak terkena Covid-19, ada 43 persen yang merasa sakit kepalanya memburuk atau terasa berbeda dengan periode sakit yang lebih panjang. Sekitar 12 persen di kelompok tersebut juga melaporkan bahwa mereka baru mengalami gejala sakit kepala pada masa pandemi.

Di antara partisipan yang positif Covid-19, ada sebanyak 44 persen yang melaporkan bahwa keluhan sakit kepala mereka memburuk. Sekira 33 persen lainnya melaporkan baru mulai mengalami gejala sakit kepala pada masa pandemi.

Beberapa laporan mengungkapkan bahwa sebagian pasien Covid-19 bisa bergelut dengan sakit kepala selama berbulan-bulan sejak pertama kali terdiagnosis positif Covid-19.

Peneliti mengatakan, sakit kepala merupakan gejala neurologis yang paling umum pada Covid-19. Akan tetapi, banyak pula partisipan non-Covid-19 yang merasa sakit kepalanya menjadi lebih sering atau memburuk selama pandemi Covid-19.

Perburukan sakit kepala pada partisipan non-Covid-19 dinilai berkaitan dengan peningkatan kecemasan dan stres yang terjadi. Seperti diketahui, pandemi merupakan masa yang menantang bagi banyak orang. Selain itu, jaga jarak sosial juga dapat memunculkan perasaan terisolasi dan kesepian yang kemudian meningkatkan stres dan kecemasan.

"Situasi ini bisa menjadi penuh tekanan, kewalahan, dan memunculkan emosi kuat pada orang dewasa dan anak-anak," ungkap Center for Disease Control and Prevention (CDC), seperti dilansir Forbes, Selasa (9/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement