Selasa 16 Feb 2021 13:58 WIB

Menghitung Porsi Nutrisi Balita demi Cegah Stunting

Stunting terjadi ketika asupan makan tidak sesuai kebutuhan gizi bagi balita

Bayi makan.Usia lima tahun pertama pada anak-anak dianggap sebagai masa-masa penting pertumbuhan.  Kekurangan atau kelebihan nutrisi di masa-masa itu berisiko kepada tidak tercapainya potensi pertumbuhan optimal, selain membawa efek jangka panjang pada kesehatan, performa di sekolah, dan di dunia kerjadi masa depan.
Foto:

Perlukah susu formula?

Biasanya, para orang tua di Indonesia memberikan susu formula kepada balita sebagai substitusi makan anak. Leona mengatakan hal itu tidak diperlukan.

"Untuk anak di atas satu tahun sudah tidak perlu susu formula lagi, jadi kalau memang tidak mau lanjut ASI, bisa pilih sumber susu lain susu sapi yang fresh, susu UHT, soya, nabati tapi kalau mau yang plant based harus yg sudah difortifikasi dengan kalsium dan vitamin D," kata Leona.

Porsi susu pun dibatasi. Sehari maksimal 600 mili liter atau tiga kali porsi 200 mili liter.

"Supaya nggak mengganggu jadwal makan anak, karena banyak anak jadi nggak mau makan karena dikompensasi dengan susu. Biasa anak enggak doyan makan dikasih susu, nah ini salah karena susu itu sebagai pelengkap atau snack time tidak sebagai makanan utama."

Selama masa pandemi COVID-19, balita Indonesia yang mengalami perlambatan pertumbuhan bahkan gizi buruk sangat rentan terhadap virus corona.

Angka stunting kemungkinan naik pada tahun 2020 dan 2021, padahal Indonesia menargetkan mampu menekan angka stunting menjadi 19 persen di 2024. Bahkan Presiden Joko Widodo memiliki target ambisius menekan angka stunting jadi 14 persen di tahun 2024.

Ia menilai bahwa target pengurangan tingkat stunting hingga 14 persen tidak mustahil tercapai bila semua bekerja keras.

Anak stunting memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya, bahkan stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2 hingga 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita menderita stunting dibanding data pada 2013 yang menunjukkan stunting balita mencapai 37,2 persen.

 

Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017 yaitu mencapai 36,4 persen. Sedangkan menurut data Riskesdas 2018, angka stunting di Indonesia menurun hingga 23,6 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement