Senin 08 Feb 2021 14:18 WIB

Vaksin AstraZeneca Diklaim Efektif Lawan Virus Covid-19

Vaksin AstraZeneca efektif melawan virus Covid-19 di Inggris.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nora Azizah
Vaksin Oxford-AstraZeneca disebut efektif melawan varian virus korona yang menyebar dengan cepat  berasal dari Inggris (Foto: ilustrasi)
Foto: EPA/MONIRUL ALAM
Vaksin Oxford-AstraZeneca disebut efektif melawan varian virus korona yang menyebar dengan cepat berasal dari Inggris (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Vaksin Oxford-AstraZeneca disebut efektif melawan varian virus korona yang menyebar dengan cepat  berasal dari Inggris. Tetapi vaksin itu kemungkinan kurang efektif melawan strain Covid-19 dari Afrika Selatan.

Penelitian terbaru menemukan bahwa jab melawan "varian Kent" yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 baru akhir tahun lalu. Data juga mengungkapkan tanda-tanda lebih lanjut bahwa vaksin dapat bekerja untuk mengurangi penularan.

Baca Juga

"Vaksin ini bekerja dengan baik melawan strain Inggris dan juga melawan versi awal virus, yang berarti elemen sistem kekebalan lainnya mungkin memainkan peran penting dalam melindungi dari penyakit," kata kepala peneliti dalam uji coba vaksin Oxford Prof Andrew Pollard dilansir dari Arab News pada Senin (8/2).

Sementara itu, kepala penelitian dan pengembangan AstraZeneca, Mene Pangalos mengatakan, kemungkinan vaksin tersebut akan kurang efektif dalam mencegah gejala ringan dan sedang dari varian Afrika Selatan. Di sisi lain, June Raine selaku CEO dari regulator medis Inggris, mengatakan bahwa hasil vaksin Oxford-AstraZeneca sangat meyakinkan.

Kemudian sebuah laporan baru dari regulator menemukan manfaat vaksinasi virus corona jauh lebih besar daripada risiko kecil yang terlibat. Laporan itu mengatakan  kemungkinan efek samping hanya ringan, seperti nyeri lengan karena jarum, sakit kepala ringan, menggigil atau demam.

Baca juga : Warga Uighur Khawatir Dijual Turki ke China demi Vaksin

Tingkat pelaporan untuk efek samping adalah sekitar tiga per 1.000 dosis - tingkat yang mirip dengan suntikan flu tahunan yang umum. Tetapi karena beberapa penerima vaksin gagal melaporkan efek samping, regulator percaya bahwa sekitar satu dari 10 orang harus mengharapkan efek samping yang ringan.

Studi lain dari Oxford menemukan bahwa orang yang telah menerima vaksin dan kemudian terinfeksi menunjukkan jumlah virus yang lebih rendah di dalam tubuh. Prof Andrew Pollard turut menanggapi temuan tersebut.

"Asumsi yang masuk akal bahwa vaksin dapat diterjemahkan ke dalam penurunan penularan yang substansial," ujar Pollard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement