Senin 14 Dec 2020 16:43 WIB

Mau Didengar Anak? Hentikan 12 Gaya Parenting Ini

Orang tua perlu tulus mencintai anak.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak dimarahi orang tua (ilustrasi).
Foto: Foto : Mardiah
Anak dimarahi orang tua (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Ingin Didengar, Hentikan Toxic Parenting

SLEMAN -- Tumbuh kembang anak melewati masa yang berbeda. Anak tidak jarang pula memperoleh kekerasan dari orang tua dalam masa tumbuh kembangnya, baik kekerasan verbal, fisik hingga kekerasan seksual, yang dikenal pula dengan toxic parenting.

Baca Juga

Pakar parenting, Elly Risman Musa mengatakan, ada 12 gaya popular emosi orang tua kepada anak. Mulai memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, mengancam, melabeli, menasihati, membohongi, menghibur, mengeritik, menyindir dan menganalisa.

"Kalau pakai 12 gaya populer tadi, tentu anak itu tidak akan mendengar apapun nasihat kita," kata Elly dalam seminar nasional Pengasuhan Anak di Masa Pandemi Milad 19 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu (12/12).

Dia mengatakan, ada bagian dalam otak bernama sistem limbic yang berhubungan memori. Ketika seseorang sedang dalam emosi yang buruk akan mengarahkannya ke memori jangka pendek, namun ketika dalam emosi yang senang akan mengarahkannya ke memori jangka panjang.

Singkatnya, kata Elly, anak akan mengolah dan mengingat suatu nasihat bila dalam keadaan emosi yang baik. Sebaliknya, anak akan sulit mengolah dan cenderung lupa kepada suatu nasihat yang diberikan dalam keadaan emosi yang buruk.

"Maka itu, jangan menasihati ketika sedang marah, tunggu dulu sampai kita bisa tenang," ujar Elly.

Elly menilai, 12 gaya emosi itu seperti efek domino dari trauma masa kecil yang dirasakan orang tua. Misalnya, saat masih kecil, sang orang tua sering dimarahi akhirnya kita ikut menerapkan itu kepada anak saat menjadi orang tua.

"Berdamai dulu dengan diri sendiri. Kalau kita saja belum berdamai dengan diri kita, namanya A-M-A (anak kecil mengasuh anak kecil) karena kita belum bisa berdamai dengan masa kecil kita yang sering dimarahi," kata Elly.

Dosen Fakultas Kedokteran UII, Agus Taufiqurrahman menekankan, emosi orang tua atau kekerasan yang diberikan orang tua bisa berdampak kepada kerusakan pertumbuhan otak anak. Baik itu kekerasan secara verbal maupun kekerasan secara fisik

"Bagaimana solusinya agar tidak emosi, ya perlu tulus dalam mencintai anak. Ketika kita sudah tulus, maka akan muncul penerimaan terhadap kekurangan anak," ujar Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement