Senin 07 Dec 2020 14:33 WIB

Olok-Olok Pangeran George, Serial Animasi HBO Max Dikecam

Serial animasi HBO Max direncanakan tayang di Inggris tahun depan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Pangeran George yang masih berusia tujuh tahun digambarkan sebagai sosok anak manja di serial komedi satire HBO Max, The Prince.
Foto: AP
Pangeran George yang masih berusia tujuh tahun digambarkan sebagai sosok anak manja di serial komedi satire HBO Max, The Prince.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat serial animasi The Prince mendapat kritik keras karena menggambarkan sosok Pangeran George muda sebagai anak manja. Serial komedi satire delapan episode yang tayang di HBO Max itu dianggap bisa menyebabkan efek merusak generasi berikutnya dari Keluarga Kerajaan Inggris karena mengolok-olok George.

Direncanakan tayang di Inggris tahun depan, serial animasi The Prince yang digarap dengan bajet Rp 94,5 milliar ini diciptakan oleh Gary Janetti. Dia sudah sering mengejek anak tertua Pangeran William dan Kate Middleton itu lewat akun Instagram-nya yang memiliki hampir satu juta followers.

Baca Juga

Janetti yang berusia 54 tahun itu akan mengisi suara Pangeran George, sementara Orlando Bloom mengisi suara sebagai Pangeran Harry dan Sophie Turner yang tenar lewat Game of Thrones mengisi suara Putri Charlotte. Namun, konsep tersebut mendapat kritik dari orang-orang industri dengan seorang produser di Disney Studio yang tak disebutkan namanya menganggap Janetti membuat tampilan yang murahan.

"Membuat serial cepat dan lepas dari kebenaran, seperti film The Crown, mungkin menjadi sesuatu hal menarik. Tapi mengolok-olok seorang anak berusia tujuh tahun, itu tampak kejam dan tidak adil,” kata dia.

"Beberapa hal harus dilarang. Secara moral, itu merupakan hal yang salah, menggunakan seorang anak untuk membuat tertawa murahan," kata dia melanjutkan.

Dalam satu adegan, kartun Pangeran George menjabat tangan gurunya pada hari pertama sekolah. Karakter Pangeran George digambarkan berkata kasar kepada gurunya.

"Besok kamu harus lebih membungkuk lagi saat memberi hormat, itu jika kamu ingin mempertahankan pekerjaanmu’.

Adegan lain menunjukkan dia duduk di singgasana. Di adegan tersebut berkata, "Hai teman-teman, ini aku, Pangeran George". George berada di urutan ketiga pewaris takhta Kerajaan Inggris setelah Pangeran Charles dan ayahnya, Pangeran William.

Kritikus mengutuk Janetti karena membuat lelucon tentang seksualitas George muda. Dalam salah satu adegan, Janetti menyiratkan hubungan George dengan anak laki-laki yang menjadi pengiring pengantin di pernikahan Pangeran Harry.

Di Twitter, orang-orang telah menyuarakan kemarahan mereka pada serial satir itu. Salah satu pengguna menulis, "Sangat kejam! Siapa yang bahkan membiarkan ini terjadi?"

Yang lain mengecam penulis serial itu. "Anda benar-benar punya masalah. Mengapa ada orang yang membiarkan anak-anak mereka menonton ini, terutama orang tua George".

Pengguna lain menimpali, "Ini menjijikkan. Sebenarnya mengapa ada orang yang menontonnya."

Kritikus TV Katherine Singh menyebut bahwa penting untuk diingat bahwa George yang masih kecil tidak memiliki hak suara dalam hidupnya. Tapi Janetti yang merupakan penulis Family Guy berharap penggambaran Pangeran George yang berusia tujuh tahun akan bisa memberikan humor dalam serial The Prince.

Janetti menyebut, semua naskah serial itu dibuat dengan rasa kasih sayang. Kontroversi The Prince muncul bersamaan dengan peringatan yang dilayangkan Sekretaris Kebudayaan Kerajaan, Oliver Dowden, soal film The Crown.

Dowden mengatakan, The Crown harus dideklarasikan sebagai film fiksi dan tidak boleh disalahartikan sebagai fakta. Dowden memuji drama kerajaan itu sebagai karya fiksi yang diproduksi dengan indah. Di lain sisi, ia mengingatkan bahwa pemirsa bisa saja salah mengira itu sebagai fakta karena tidak ada keterangan "fiksi" di awal setiap episode.

Kekhawatiran telah muncul bahwa adegan fiksi yang ditulis Peter Morgan merusak citra kerajaan karena penonton meyakini itu benar. Seorang teman Pangeran Charles bahkan menyebut penggambaran keluarga kerajaan itu sebagai propaganda kejam yang sangat canggih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement