REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Artritis gout atau peradangan sendi akibat peninggian kadar asam urat darah sebenarnya telah lama dikenal sejak zaman Mesir kuno pada masa sebelum Masehi. Pada masa itu masyarakat telah banyak mengetahui tentang adanya suatu penyakit yang seringkali disebut sebagai “raja dari seluruh penyakit dan penyakit para raja”.
Hal ini disebabkan karena masyarakat mengenali artritis gout sebagai suatu penyakit sendi yang terasa paling nyeri di bandingkan dari nyeri reumatik lainnya. Selain itu juga karena artritis gout sangat berhubungan erat dengan gaya hidup santai yang berhubungan dengan kebiasaan makan serta konsumsi alkohol yang berlebihan seperti halnya kebiasaan para raja dan kaum bangsawan.
Menurut Dr. Rizasyah Daud, M.Sc., SpPD-KR, FINASIM dari R.S. Azra-Bogor, kebiasaan makan yang berlebihan akan meningkatkan asupan asam amino purin dari protein makanan yang merupakan cikal bakal asam urat kedalam tubuh. Pada pihak lain kebiasaan banyak minum alkohol juga akan dapat meningkatkan produksi asam urat tubuh sendiri serta menghambat pengeluaran asam urat melalui ginjal. Di Indonesia hal ini telah terbukti dengan tingginya frekuensi artritis gout di Sulawesi Utara dimana konsumsi alkohol pada masyarakat daerah tersebut sangat tinggi dibandingkan dari pada daerah lain di Indonesia.
Berlainan dengan pendapat yang berlaku dikalangan masyarakat, artritis gout sebenarnya bukan merupakan akibat langsung dari tingginya kadar asam urat dalam darah. Artritis gout hanya dapat terjadi apabila kadar asam urat darah meningkat melampaui titik jenuhnya yang akan menyebabkan terbentuknya kristal mono sodium urat (kristal MSU). Kristal MSU inilah yang akan mengendap pada persendian dan merangsang terjadinya peradangan sendi. Jika artritis gout tidak di cegah atau di obati dengan baik, maka dikemudian hari akan dapat terjadi serangan artritis gout kambuhan, yang apabila berlangsung berulang ulang akan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan struktur persendian yang menetap.
Dalam keadaan normal asam urat selalu terdapat dalam darah akibat terjadinya pemecahan sel jaringan tubuh yang telah aus atau rusak. Selain itu, tubuh juga akan selalu mengubah asam amino purin yang didapat dari asupan protein dalam makanan menjadi asam urat agar dapat dikeluarkan melalui ginjal. Gangguan fungsi ginjal akibat kelainan ginjal atau penyakit lain seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi akan dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan asam urat dari dalam tubuh. Selain itu, penyakit keganasan dan tuberkulosis juga akan dapat meningkatkan produksi asam urat akibat meningkatnya penghancuran sel jaringan tubuh walaupun kemampuan ginjal untuk mengeluarkan asam urat tidak berubah.
Rizasyah juga menyebutkan jika peninggian kadar asam urat yang melampaui titik jenuhnya terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terbentuk gumpalan kristal MSU yang disebut sebagai tofus dan dapat mengendap di dalam ginjal, pada jaringan longgar di bawah kulit seperti pada bagian belakang telinga, tumit atau disekitar sendi siku dan jari2. Jika tidak diobati dengan baik tofus ini dapat pecah dan mengeluarkan isinya berupa endapan kristal MSU yang bercampur dengan sel radang. "Gejala klinis artritis gout merupakan gambaran umum dari adanya peradangan sendi berupa pembengkakkan, peningkatan suhu serta gangguan fungsi sendi yang terlibat,"katanya.
Sebenarnya tidak sulit untuk dapat menegakkan diagnosis artritis gout dengan hanya berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan sendi saja. Pada artritis gout umumnya nyeri dan pembengkakkan sendi datang secara tiba tiba dan sangat khas pada sendi yang sebelumnya tidak memiliki gejala sama sekali terutama pada persendian Ibu jari kaki yang disebut „podagra“.
Pada serangan kedua dan selanjutnya pembengkakan dan nyeri sendi dapat meluas mengenai persendian lain. Kadang kadang serangan artritis gout akut juga dapat disertai dengan gejala demam dan peningkatan jumlah leukosit darah tepi sehingga menyerupai gejala peradangan sendi akibat infeksi. Akan tetapi umumnya diagnosis artritis gout akut akan mudah ditegakkan karena sebagian besar serangan artritis gout akut akan selalu ditandai dengan adanya podagra. Selain itu serangan artritis gout akut juga akan dapat cepat menghilang dalam waktu yang singkat antara 8 jam sampai 3 hari setelah pengobatan dimulai.
Diagnosis pasti artritis gout umumnya mudah ditegakkan dengan hanya melakukan pengambilan cairan sendi dari tofus untuk diperiksa dibawah mikroskop. Pada analisis cairan sendi penderita artritis gout dapat dijumpai jumlah sel radang yang sangat tinggi.Pada pemeriksan radiologi sinar-X, artritis gout umumnya akan menunjukkan gambaran yang khas yang menunjukkan terdapatnya penghancuran tulang dan rawan sendi disertai dengan endapan kristal MSU pada struktur sendi dan daerah ekitarnya.
Pengobatan artritis gout umumnya ditujukan untuk mengatasi nyeri pada serangan akut, mencegah serangan gout agar tidak terulang lagi serta untuk mencegah agar artritis gout tidak menjadi kronik. Karena peningkatan kadar asam urat seringkali disebabkan oleh cara hidup yang tidak sehat, identifikasi faktor yang mungkin dapat dikoreksi seperti halnya berat badan yang berlebihan, kadar lemak darah yang tinggi, hipertensi dan kebiasaan konsumsi alkohol dapat berguna untuk memperbaiki kadar asam urat darah. Sayang sekali perubahan cara hidup yang merupakan unsur pengobatan yang sangat penting ini jarang dapat dipatuhi oleh para penderita dengan baik.
Obat utama untuk mengatasi artritis gout adalah kolkisin, suatu alkaloid yang di isolasi dari tumbuhan Colchicum autumnale yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Bagaimana kolkisin bekerja dalam mengatasi gejala artritis gout hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Untuk mempercepat penyembuhan artritis gout, kolkisin biasanya digunakan bersama obat golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan kortikosteroid dosis tinggi dalam waktu yang singkat sampai peradangan pada sendi dapat mereda. Pada penderita yang karena sesuatu hal penggunaan OAINS tidak mungkin diberikan seperti misalnya pada penderita artritis gout dengan gagal ginjal kronik, dapat diberikan suntikan kortikosteroid intrartikular langsung kedalam sendi yang terkena.
Menurut Rizasyah, penggunaan obat penurun kadar asam urat darah seperti alopurinol dan febuksostat akan dapat mengurangi frekwensi terjadinya serangan artritis gout selanjutnya dan lebih jauh akan mengurangi kemungkinan terbentuknya tofus dan juga akan mengurangi risiko terjadinya perusakan persendian yang terlibat.
Tanpa usaha untuk mempertahankan kadar asam urat darah agar tetap berada dalam batas normal setelah suatu episode serangan artritis gout akut, penderita artritis gout akan tetap mengalami episode gout ulangan selanjutnya.
Gout artritis tidak disebabkan karena terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah, melainkan disebabkan karena mengendapnya kristal MSU dalam rongga sendi yang akan mencetuskan terjadinya peradangan sendi. Usaha untuk menurunkan kadar asam urat darah pada saat serangan gout akut akan meningkatkan produksi Kristal MSU yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas peradangan dalam rongga sendi sehingga sendi yang terkena akan lebih terasa nyeri. Penggunaan obat penurun kadar asam urat darah hanya boleh digunakan jika gejala pembengkakkan dan nyeri sendi yang mengalami peradangan telah dapat teratasi dengan baik.