REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analisis awal menunjukkan bahwa kandidat vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech memiliki efikasi lebih dari 90 persen untuk mencegah Covid-19. Moderna pun pada awal pekan ini menyusul mengumumkan vaksin yang dikembangkannya mencapai efektivitas hampir 95 persen.
Kabar ini tentu disambut baik oleh beragam pihak. Akan tetapi, apa sebenarnya makna dari pernyataan tersebut?
Analisis awal Pfizer dibuat berdasarkan sebuah uji coba yang melibatkan hampir 44 ribu subjek. Setengah dari subjek menerima dua dosis kandidat vaksin dari Pfizer-BioNTech, sedangkan setengah subjek lain menerima plasebo.
Laporan menunjukkan ada 94 orang yang terkena Covid-19. Belum diungkapkan seberapa banyak perbandingan orang-orang yang menerima plasebo dan kandidat vaksin pada orang-orang yang terkena Covid-19 tersebut. Akan tetapi, data menunjukkan bahwa kandidat vaksin yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech memiliki efikasi lebih dari 90 persen.
Sementara itu, analisis sementara Moderna didasarkan pada 95 infeksi di antara peserta uji coba yang menerima vaksin atau plasebo. Hanya lima infeksi terjadi pada relawan yang menerima vaksin mRNA-1273, yang diberikan dalam dua suntikan dengan selang waktu 28 hari.
Data dari uji coba Moderna yang melibatkan 30 ribu sukarelawan juga menunjukkan vaksin mencegah kasus Covid-19 parah. Dari 95 kasus dalam uji coba Moderna, ada 11 kasus parah dan 11 kasus terjadi di antara relawan yang mendapat plasebo.
Kabar ini disambut baik bukan hanya karena efikasi kandidat vaksin yang tampak menjanjikan. Kabar ini juga disambut baik karena kandidat vaksin Pfizer/BioNTech serta Moderna ini dibuat dengan menggunakan teknologi baru bernama mRNA.
Teknologi mRNA merupakan teknologi obat berbasis gen yang belum pernah digunakan pada vaksin sebelumnya. Oleh karena itu, potensi sukses pada pengembangan kandidat vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna ini dinilai sebagai kesuksesan besar pula dalam dunia sains.
"Pesen terpentingnya adalah Anda bisa membuat vaksin untuk melawan (virus penyebab Covid-19) ini," ungkap penasihat kebijakan kesehatan Inggris yang terlibat dalam pengembangan kandidat vaksin Oxford-AstraZeneca Profesor John Bell, seperti dilansir Men's Health.
Hal yang perlu dipahami
Efikasi yang mencapai lebih dari 90 persen pada analisis awal tentu merupakan kabar yang menggembirakan. Akan tetapi, ilmuwan independen memperingatkan untuk tidak terlalu mengelu-elukan hasil dari analisis awal.
Alasannya, hingga saat ini belum diketahui bagaimana keamanan kandidat vaksin tersebut dalam jangka panjang. Selain itu, data efikasi dari kandidat vaksin tersebut juga belum terkumpul semua. Belum ada pula yang mengetahui berapa lama perlindungan dari kandidat vaksin tersebut bila bertahan.
The New York Times juga mengungkapkan ada beberapa data penting yang belum dirilis. Misalnya data apakah orang-orang yang terlibat dalam percobaan mengalami Covid-19 gejala ringan atau data mengenai efek samping apa yang ditemukan.
Hal lain yang disoroti adalah hasil analisis awal ini dirilis oleh perusahaan, bukan dirilis melalui jurnal medis. Proses keseluruhan dari uji coba juga belum usai sehingga angka efikasi masih mungkin berubah.
Sekalipun data-data terkait keamanan sudah terkumpul dan perusahaan mendapatkan otorisasi darurat, ada beberapa pertanyaan yang juga masih perlu dijawab. Misalnya, apakah vaksin tersebut efektif pada semua populasi, berapa banyak vaksin yang bisa diproduksi oleh perusahaan, siapa yang berhak mendapatkannya pertama kali, hingga bagaimana vaksin didistribusikan.
Hal lain yang perlu diketahui
Pada dasarnya, kabar mengenai efikasi pada kandidat vaksin Pfizer/BioNTech serta Moderna merupakan hal yang menjanjikan. Namun, jangan lupa bahwa masih ada data-data lain yang belum keluar.
Kabar bahagia ini juga tidak mengubah fakta bahwa pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tidak mengendurkan kewaspadaan mereka dan tetap mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan, dan menjaga jarak fisik.