REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan dibidang teknologi digital adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh siapapun, bahkan penulis. Dalam melakoni profesinya, seorang penulis dituntut mampu merespons dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Sastrawan sekaligus peraih penghargaan Kusala Literary Award, Nirwan Dewanto, mengatakan bahwa platform digital telah memberi ruang kreatif yang tak berbatas kepada penulis untuk berkarya. Penulis bisa mengambil inspirasi dari berbagai masalah di era digital, tentunya dengan sudut pandang yang lebih dinamis.
Tak hanya itu, para penulis juga bisa bereksplorasi dan mentransmisikan karyanya ke media lain dengan mudah.
“Misalnya tulisan bisa dialihwahanakan menjadi audio, yang tentunya memungkinkan lebih banyak orang bisa menikmati dan mengapresiasi karya kita,” kata Nirwan dalam konferensi pers virtual Jakarta Content Week pada Rabu (4/11).
Hal mendasar lain yang berubah setelah era digital adalah terbentuknya ruang komunikasi yang intim antara penulis dan pembaca. Hal semacam ini tidak bisa dilakukan sebelum ada platform digital.
“Dulu kan kalau penulis mau berinteraksi dengan pembaca itu harus lewat perantara seperti juru iklan. Tapi sekarang, batas antara penulis dan pembaca sudah diterobos, lewat media sosial keduanya bisa menjalin interaksi,” kata dia.
Bagi Nirwan, platform digital juga mempermudah penulis untuk berkolaborasi dengan sastrawan mancanegara. Kolaborasi atau diskusi menjadi satu hal penting agar kekaryaan menjadi lebih berkembang.
“Kolaborasi sekarang jadi lebih mudah, kita terhubung lewat platform digital tanpa harus pergi ke negara dia, tapi kita bisa berdiskusi,” jelas dia.
Nirwan Dewanto akan menjadi salah satu pembicara di Jakarta Content Week (Jaktent) 2020 yang akan digelar pada 11 hingga 15 November. Ia akan berbicara lebih dalam ihwal bagaimana pengaruh platform digital pada bidang sastra dan seni.