Senin 02 Nov 2020 13:28 WIB

Industri Fesyen Muslim Masih Berpeluang Besar

Meski berpeluang besar, tantangan bisnis fesyen muslim tidak mudah di masa depan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Meski berpeluang besar, tantangan bisnis fesyen muslim tidak mudah di masa depan (Foto: ilustrasi)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Meski berpeluang besar, tantangan bisnis fesyen muslim tidak mudah di masa depan (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri fesyen muslim masih berpotensi besar untuk berkembang di Indonesia. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi, potensi pasarnya pun bisa dari domestik maupun internasional.

“Bahkan negara non muslim turut mengincar pasar ini, brand global pun tertarik pada fashion muslim. Meski prospek demand ini cukup tinggi, namun kita melihat tantangan ke depan tidak mudah,” kata Rosmaya dalam sambutannya di pembukaan Modest Fashion Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF 2020), belum lama ini.

Baca Juga

Dalam berkompetisi, kata dia, pelaku industri fesyen muslim di Indonesia harus semakin kreatif, inovatif, serta cepat menangkap perubahan yang terjadi di era new normal dan digital ini. Dia meyakini pelaku industri fesyen muslim Indonesia mampu sukses berkompetisi di panggung global dengan bermodalkan menonjolkan karakterisik lokal yang menjadi corak unik produk fesyen muslim Indonesia.

Pada perhelatan yang digelar oleh Bank Indonesia yang bersinergi dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) itu, Rosmaya juga menjelaskan mengenai pentingnya mengangkat keberlanjutan fesyen atau sustainable fashion. Hal itu mengingat bidang fesyen masih menjadi salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia.

“Berdasarkan data World Economic Forum pada 2019, fesyen dikategorikan sebagai pencemar lingkungan terbesar setelah minyak dan gas. Industri ini bertanggung jawab 10 persen terhadap karbon yang berdampak negatif  ke lingkungan, seperti polusi air, pencemaran bahan beracun, limbah tekstil, dan kondisi pekerja yang buruk,” ungkap dia.

Oleh karenanya, Modest Fashion ISEF 2020 mengangkat tema 'Sustainable Fashion, Sustainable Lifestyle' agar hal ini bisa menjadi perhatian bersama. Dengan demikian, semua pihak yang terlibat dalam industri fesyen muslim, bisa mulai bergerak ke keberlanjutan fesyen dengan menerapakan slow fashion.

Modest Fashion ISEF 2020 akan digelar selama empat hari hingga akhir Oktober lalu. Dalam pagelaran ini, setidaknya akan hadir sebanyak 12 sesi peragaan busana secara virtual, 164 desainer dan jenama, 720 tampilan, dan 180 model.

Beberapa busana yang tampil pada upacara pembukaan Modest Fashion ISEF 2020, antara lain Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat Presents Vivi Zubedi, Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan Presents Deden Siswanto, Bank Indonesia Perwakilan DKI Jakarta Presents Wignyo, dan Bank Indonesia Perwakilan Bali Presents Dibya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement