Rabu 28 Oct 2020 14:33 WIB

Karya Seni Jalinan Peradaban

Proses pembuatan karya seni dengan kolaborasi mempunyai tantangan tersendiri.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Pekerja membuat sketsa untuk menyusun ulang struktur batu bata yang sebelumnya tertimbun saat pemugaran Candi Kedaton di Kawasan Percandian Muarajambi, Jambi, Rabu (9/9/2020). Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi kembali melanjutkan pemugaran Candi Kedaton yang merupakan candi terbesar dan terluas di kawasan percandian tersebut yang ditargetkan ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/aww.
Foto:

photo
Petugas pemugaran menunjukkan gerabah yang ditemukan saat ekskavasi di Candi Kedaton, Kompleks Percandian Muara Jambi, Muarajambi, Jambi, Selasa (26/6). - (Antara/Wahdi Septiawan)

Lansekap Klasik 

Sorotan lain yang menarik dari karya itu adalah terkait lokasi penempatan karya. Kawasan kompleks candi yang dahulu sakral dan seolah tidak tersentuh dengan kehadiran budaya baru, justru dipilih menjadi tempat karya Harmoni(S) berdiri. 

“Seniman-seniman dari Kilau Art Studio seolah ingin menyambung masa lampau dengan fenomena saat ini,” ujar kurator seni, Bambang Asrini Widjanarko. 

Bambang juga menyinggung Candi Kedato, candi yang paling dekat dengan karya Harmoni(S) di kompleks Candi Muaro Jambi, sebagai Global Ancient College. Di mana candi tersebut pada 1.200 tahun yang lalu menjadi tempat ajar-mengajar dengan ribuan murid dan peziarah. 

“Seni diperlukan untuk menyampaikan ke luar bahwa ada sebuah peradaban kuno yang hingga kini terawat dengan baik dan bisa menjadi refleksi bagi kita semua,” kata Bambang. 

Sementara itu, orientasi Candi Kedaton sebagai warisan budaya masa lampau dan karya seni Harmoni(S) sebagai representasi budaya kekinian juga disebut menarik untuk disimak. Menurut Hendra, Candi Kedaton sebagai peninggalan budaya masa lampau berorientasi pada sungai, sebagai penghubung dan pusat mobilitas kala itu. 

"Bandingkan dengan karya Harmoni(S) yang berorientasi pada aspal (jalan raya) yang kini juga kita ketahui amat penting di era modern saat ini. Sebuah fenomena yang cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut,” ungkap Hendra. 

Kehadiran karya seni gigantik Harmoni(S) ia sebut bisa menjadi penanda era baru seni kontemporer yang berbasis pada kolaborasi, isu kekinian dan pemanfaatan wilayah-wilayah inti. Tentunya hal tersebut juga harus ditunjang dengan riset dan indikator yang memadai. 

 

“Sebuah model karya seni yang melahirkan kegiatan ekonomi padat karya, padat ide, dan realistis,” ujar Hendra. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement