REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Genap 25 tahun rumah produksi Miles Films berkarya. Memperingati setengah abad kiprahnya, Miles Films yang dipimpin produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza bakal mengumumkan proyek spesial pada Jumat (30/10) pukul 14:00 WIB.
"Kami ajak teman-teman semua untuk menyaksikan Pengumuman Spesial 25th Miles Films melalui online press conference yang akan streaming live hanya di akun Youtube kami, Miles Films," tulis akun Instagram @milesfilms, Ahad (25/10).
Sejak sepekan silam, akun Instagram yang sama telah mengunggah serangkaian foto beserta cerita perjalanan Miles selama 25 tahun terakhir. Pada fase baru usianya, Miles Films hendak menghadirkan lebih banyak karya yang beragam.
Salah satu foto menampilkan Mira Lesmana, yang mendirikan Miles Films pada 1995. Baru satu tahun usia Miles Films, Mira langsung mendapatkan perhatian sekaligus menuai pujian saat memproduksi serial dokudrama "Anak Seribu Pulau" yang disiarkan pada 1996.
Sudah banyak karya Mira dan Miles lainnya yang mendobrak, seperti Kuldesak (1998), Petualangan Sherina (2000), dan Ada Apa dengan Cinta? (2002). Begitu pula sinema Laskar Pelangi, Gie, dan Athirah.
Pada hampir semua proyek tersebut, Mira berkolaborasi dengan sutradara Riri Riza, hingga mereka dijuluki "dynamic duo". Kerja sama itu dimulai pada 1995, namun baru pada 2003 Riri resmi menjadi partner Mira di Miles Films hingga saat ini.
Perusahaan rumah produksi independen Miles Films punya tiga orang di jajaran direksi. Mira Lesmana sebagai Chief Executive Officer, Riri Riza sebagai Creative Director, dan Toto Prasetyanto sebagai Chief Operational Officer.
Unggahan berikutnya mengenang proses penggarapan Kuldesak, film omnibus independen pertama Indonesia yang diputar di bioskop pada 1998. Sinema diarahkan empat sutradara, yakni Mira Lesmana, Nan Achnas, Riri Riza, dan Rizal Mantovani.
Film digarap secara bergerilya sejak 1995. Para pemain, kru, musisi, dan semua yang terlibat di dalam penggarapan proyek ini menyumbangkan kreativitas dan keahlian mereka untuk membuat film tanpa dibayar sepeserpun.
Unggahan lainnya menampilkan pekerja film profesional yang kerap bekerja sama dengan Miles Films. Sejumlah sosok itu piawai di bidang sinematografi, koordinasi talent dan casting, desain kostum, penataan suara, juga desain grafis dan promosi.
Mira dan Riri mendedikasikan pula satu unggahan untuk mengapresiasi para penulis skenario. Mereka berfoto bersama Jujur Prananto, Prima Rusdi, Salman Aristo, dan Gina S Noer yang pernah mereka gandeng menggarap karya bersama.
Tekad utama Miles Films pada 1995 adalah membuat film layar lebar untuk diputar di jaringan bioskop. Saat itu, sudah bertahun-tahun tidak ada film Indonesia yang diedarkan di bioskop karena tidak adanya film yang diproduksi.
Penyebab lain yaitu hilangnya sistem distribusi yang sebelumnya dikelola oleh PT Peredaran Film Nasional (PT Perfin). Kala itu, Miles mencoba menemukan prosedur penayangan langsung di bioskop tanpa adanya pihak distributor, hal baru untuk film Indonesia.
Rumah produksi tersebut lantas berbincang dengan Harris Lasmana dari Bioskop 21 (sekarang Bioskop XXI). Dalam percobaan awal, Kuldesak pada 1998 diputuskan hanya tayang di tiga layar. Saat respons membludak, jumlah layar pun ditambah perlahan.
Harris juga menjadi teman diskusi Mira dan Riri saat Petualangan Sherina akan ditayangkan. Sebuah kesuksesan yang hingga hari ini masih terus menjadi kenangan manis bagi Miles, Bioskop 21, dan perfilman Indonesia.
Bagi Miles, jaringan bioskop adalah bagian penting dari proses perkembangan film Indonesia. "Semoga bioskop bisa segera dibuka kembali secara luas dan kita semua bisa menikmati lagi film di bioskop," ungkap Miles Films pada unggahannya.