Sabtu 10 Oct 2020 04:12 WIB

Dokter Paru Sebut Covid-19 adalah Penyakit Seribu Wajah

Gejala-gejala yang ditimbulkan Covid-19 dapat menyerupai penyakit-penyakit lain

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dokter paru Rumah Sakit (RS) Persahabatan Andika Chandra Putra mengatakan COVID-19 merupakan penyakit seribu wajah. Ini karena gejala-gejala yang ditimbulkannya dapat menyerupai penyakit-penyakit lain.

"Jadi terus terang (penyakit) ini membingungkan. Kita sebagai klinisi, sebagai dokter, ini membingungkan," kata Andika kepada Antara saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Ia mengatakan gejala yang muncul dari Covid-19 tidak hanya pilek, sesak napas dan pneumonia. Akan tetapi juga menyerupai gejala penyakit lain seperti mencret, muntah-muntah, mati rasa, cegukan, ruam kulit, mata merah, hingga gejala yang menyerupai strok dan kehilangan kesadaran karena adanya gangguan pada otak.

Gejala-gejala tersebut muncul karena reseptor Covid-19 tidak hanya terdapat pada saluran pernapasan. Reseptor juga ada pada saluran pencernaan, saluran mata, saluran pada kulit, hingga otak sehingga menimbulkan gejala pada saluran tempat virus SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel inang melalui reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE).

"Kita enggak bisa membedakan mencret ini karena infeksi bakteri atau karena jamur atau karena Covid-19. Kita tidak bisa membedakannya secara klinis saja," kata Andika.

Untuk itu diperlukan pemeriksaan segera, baik melalui tes cepat atau rapid test, atau dengan pemeriksaan swab atau disebut juga pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) guna menghindari kemungkinan penyebaran lebih lanjut.

"Jadi harus kita lakukan pemeriksaan penunjang. Kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan PCR untuk memastikan (penyakit) itu Covid-19 atau tidak," katanya.

Selain untuk menghindari kemungkinan penyebaran lebih lanjut, pemeriksaan segera juga penting dilakukan untuk mengurangi dampak kesehatan yang lebih besar pada pasien yang terinfeksi.

"Bayangkan seperti kebakaran. Kalau apinya sedikit tentu lebih mudah kita padamkan. Tapi kalau sudah kebakaran besar, tentu agak sulit kita melakukan pemadamannya. Jadi tetap intinya testing itu yang paling penting. Kemudian kita lakukan tracing, baru kita lakukan treatment," kata Andika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement