REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film arahan sutradara kawakan Christopher Nolan, Tenet, masih terus memimpin box office di Amerika Serikat (AS). Film bergenre thriller ini berada di akhir pekan keempatnya di AS dengan pendapatan sebesar 280 juta dolar AS atau setara dengan Rp 4,1 triliun.
Film yang dibintangi John David Washington itu pun mendominasi box office AS tanpa saingan ketat dengan pendapatan sebesar 3,4 juta dolar AS atau setara Rp 50 miliar di 2.850 lokasi pada akhir pekan keempatnya. Sinema andalan Warner Bros seharga 200 juta dolar AS itu menghasilkan total 19,2 juta dolar AS pada akhir pekan di 58 pasar di seluruh dunia.
AS membukukan angka teratas dengan penurunan 26 persen, diikuti oleh Jepang dengan 3 juta dolar AS pada akhir pekan kedua dan mengalami penurunan 30 persen. Tenet merupakan rilis studio besar pertama yang diluncurkan selama pandemi. Kecilnya perolehan mencerminkan tantangan industri perfilman untuk menarik pelanggan di tengah krisis kesehatan.
Mulan dari Disney, yang tidak mendapatkan rilis teater di AS, meraup hanya 3,4 juta dolar AS di 20 pasar dari total 64 juta dolar AS di seluruh dunia. Akhir pekan kelima pada film The New Mutants memperoleh 2,5 juta di seluruh dunia, termasuk 1,1 juta dollar AS di AS.
Perkiraan itu dirilis tiga hari setelah Disney menunda perilisan trio blockbuster musim gugur, yaitu Black Widow dari Marvel, West Side Story arahan Steven Spielberg, dan Death On The Nile-nyaKenneth Branagh. Ini adalah penundaan terbaru daftar antrean panjang pemutaran film yang terpaksa urung tayang pada musim panas dan gugur akibat pandemi.
Kepala analis di Box Office Pro, Shawn Robbins mengatakan, tidak mengherankan jika bisnis bioskop AS melemah di tengah pandemi Covid-19. "Akhir pekan ini melanjutkan apa yang sekarang diharapkan menjadi tren akhir pekan yang lebih tenang di box office domestik pada pekan-pekan awal musim gugur menyusul banyak penundaan rilis sejak Tenet masuk bioskop," kata dia.
Robbins menyebut, Tenet dan film lain cukup meyakinkan daripada yang biasanya terlihat di masa pra-pandemi. Namun demikian, volume total bisnis di pasar masih dinilai kurang.
Hal itu dikarenakan beberapa hal, yaitu kesadaran konsumen yang sederhana, tidak adanya empat kuadran film , dan tidak ada mesin promosi yang biasanya dijalankan oleh pasar Los Angeles dan New York.
Saat ini, sekitar 75 persen pasar AS sudah dibuka. Namun demikian pasar utama Los Angeles dan New York tetap ditutup bersama dengan sebagian besar wilayah Kalifornia, Carolina Utara, Michigan, New Mexico, Seattle-Tacoma, dan Portland lainnya.
Analis media senior Comscore, Paul Dergarabedian, memperkirakan hanya 58 persen bioskop yang saat ini dibuka di Amerika Utara. Menurutnya, pasar seperti yang diharapkan lesu dan tidak pasti.
Namun, menurut Dergarabedian, setidaknya ada beberapa berita yang menggembirakan dalam fakta bahwa di mana orang memiliki pilihan dalam menonton film.
"Penggemar film menuju ke bioskop sementara yang lain mencari pengalaman layar lebar bahkan di kota-kota tetangga jika multipleks lokal mereka tidak tersedia," tutur dia.