REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres dan kecemasan yang muncul selama pandemi Covid-19 turut berkontribusi pada terjadinya insomnia. Sebagian ahli menyebut insomnia yang dipicu oleh pandemi Covid-19 ini sebagai "coronasomnia".
Coronasomnia dapat membawa dampak yang signifikan bagi kesehatan fisik dan juga Beberapa di antaranya adalah peningkatan risiko tekanan darah tinggi dan depresi.
"(Coronasomnia) merupakan dampak ari ketidakpastian serta informasi bertubi-tubi yang kita dapatkan (selama pandemi)," tukas dokter ahli ilmu kesehatan tidur dan Associate Professor bidang kedokteran klinis dari Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania Ilene Rosen MD MSCE, seperti dilansir AMA, Sabtu (26/9).
Setidaknya ada enam hal yang perlu diketahui oleh masyarakat awam mengenai coronasomnia dan bagaimana cara mengatasinya. Berikut ini adalah keenam hal tersebut.
Paparan Cahaya Pagi Hari
Satu hal dasar yang perlu dilakukan untuk mencegah coronasomnia adalah tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari. Yang tak kalah penting adalah mendapatkan paparan sinar matahari pada satu atau dua jam pertama setelah bangun tidur.
"Hal-hak inilah yang mengingatkan jam biologis Anda kapan waktunya bangun," lanjut Rosen.
Rosen juga menganjurkan masyarakat untuk memiliki rutinitas menjelang tidur di malam hari. Biasakan untuk melakukan rutinitas ini sekitar setengah sampai satu jam sebelum jam tidur untuk memberikan sinyal kepada otak bahwa itu adalah waktunya tidur.
Berikan Tubuh Waktu
Agar tidak mengalami kesulitan tidur, penting untuk melakukan hal-hal yang dapat merelaksasi sistem saraf simpatif. Sebagian orang menilai olahraga dapat membantu. Akan tetapi, pemilihan waktu yang tepat adalah kuncinya.
Di malam hari, suhu inti tubuh akan menurun. Namun olahraga yang dilakukan di amlam hari akan kembali meningkatkan suhu inti tubuh ini. Oleh karena itu, olahraga sebaiknya dilakuakn di pagi hari atau setidaknya tiga jam sebelum jam tidur di malam hari.
Pentingnya Pikiran Jernih
Strategi kesehatan mental juga berperan penting dalam menghadapi atau mencegah coronasomnia. Dalam hal ini, penting untuk mengesampingkan berbagai kekhawatiran sebelum tidur.
Sebagai contoh, luangkan waktu 10 menit untuk menulis semua hal yang terus berlalu-lalang di pikiran. Terapkan kebiasaan ini sekitar satu atau dua jam sebelum tidur di luar kamar tidur.
"Menuliskan pikiran-pikiran Anda akan membantu menjernihkan pikiran tersebut dari pikiran Anda. Anda bahkan bisa merobek kertas tersebut, menghancurkan kertas itu, dan membuangnya sebagai sebuah tindakan simbolik untuk membuang pikiran-pikiran tersebut," papar Rosen.
Batasi Berita
Mengetahui informasi terkini mengenai situasi pandemi Covid-19 memang penting. Namun paparan informasi yang berlebihan dapat memicu kekhawatiran bagi sebagian orang.
Oleh karena itu, hindari menonton berita di televisi sambil berbaring di ranjang sebelum tidur. Kebiasaan ini tak akan membantu sistem saraf simpatik untuk relaksasi menjelang tidur.
"Belum lagi cahaya dari TV itu sendiri memberi tahu otak Anda untuk terjaga," timpal Rosen.
Pilih Suara
Sebagian orang tetap tak bisa menghalau beragam pikiran yang berkecamuk meski sudah berada di kamar dalam kondisi tenang dan lampu yang padam. Dalam kondisi seperti ini, gunakan suara-suara yang tepat dapat membantu merelaksasi pikiran. Salah satunya adalah suara dari kipas angin.
Alkohol Bukan Solusi
Bagi sebagian orang, konsumsi alkohol dinilai dapat membantu seseorang untuk tidur lebih cepat. Pada kenyataannya, sebagian orang memang dapat tertidur lebih cepat setelah mengonsumsi alkohol. Akan tetapi, mereka tak akan bisa mendapatkan yang menenangkan dan segar seperti habis beristirahat setelah bangun.
Setelah efek alkohol memudar di malam hari, akan terjadi peningkatan pada fase tidur REM atau REM rebound. REM rebound berkaitan dengan mimpi yang jelas dan juga mimpi buruk. Keduanya justru dapat memicu kecemasan.
"Alkohol juga berkaitan dengan meningkatnya kemungkinan bangun di malam hari karena gangguan pada tidur yang lebih jauh," jelas Rosen.