Sabtu 19 Sep 2020 18:10 WIB

Tes Lab Ungkap Kemampuan Bertahan Virus Covid-19

Sifat pemulihan diri virus ini membuatnya dapat beradaptasi dengan berbagai keadaan

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Gita Amanda
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tim peneliti melakukan serangkaian percobaan di laboratorium untuk mengetahui kemampuan bertahan virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2. Hasil yang didapatkan tim peneliti cukup mengejutkan.

Setidaknya ada tiga kemampuan bertahan SARS-CoV-2 yang berhasil terungkap. Berikut ini adalah ketiga kemampuan tersebut, seperti dilansir Asia One.

Baca Juga

Sangat resilien dan mampu self-healing

 

Dalam sebuah percobaan, tim peneliti asal Hungaria berupaya "menusuk" SARS-CoV-2 dengan jarum halus. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar kekuatan yang dibutuhkan untuk membuat virus tersebut meletus seperti balon.

Dalam percobaan ini, tim peneliti mengarahkan jarum halus dari bagian atas hingga ke bawah virus. Virus tersebut sempat terpecah namun kemudian kembali menjadi satu setelah jarum halus diangkat.

Cara ini diulang hingga 100 kali oleh tim peneliti. Akan tetapi, sebanyak itu pula partikel virus kembali menyatu seperti semula.

"Virus ini sangat tangguh," jelas tim peneliti Dr Miklos Kellermayer dari Semmelweis University dalam paper yang diungah pada biorxiv.org.

Tim peneliti menilai temuan ini menunjukkan SARS-CoV-2 merupakan virus yang secara fisik paling elastis. Deformasi berulang tampak tidak mempengaruhi struktur dan konten di dalam virus secara keseluruhan.

"Sifat mekanis dan pemulihan diri sendiri yang dimiliki virus ini dapat menjamin adaptasi (virus) pada berbagai keadaan lingkungan," tambah Kellermayer.

Tahan panas

Pada April lalu tim peneliti asal Prancis menemukan bahwa SARS-CoV-2 dapat memperbanyak diri dalam sel hewan meski dipaparkan panas 60 derajat Celcius selama satu jam. Pandemi yang terjadi di beberapa negara bersuhu panas juga menunjukkan bahwa suhu udara yang panas tidak memperlambat penyebaran Covid-19.

Kellermayer lalu mencoba memanaskan partikel virus SARS-CoV-2 dengan suhu 90 derajat Celcius selama 10 menit. Dalam kondisi ini, penampakan virus secara keseluruhan hanya mengalami sedikit perubahan.

Kellermayer mengatakan sebagian "spike" pada virus SARS-CoV-2 tampak terlepas akibat paparan panas. Akan tetapi struktur virus secara keseluruhan tetap utuh. Dari percobaan ini, tim peneliti menilai SARS-CoV-2 memiliki stabilitas termal yang tak terduga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement