REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyebab kanker pada anak sampai sekarang tidak diketahui, tapi diduga karena mutasi genetik sejak lahir dan paparan lingkungan. Faktor pemicu bisa berupa infeksi virus, paparan radioaktif, dan sebagainya.
Terkait virus corona, spesialis anak, konsultan hematologi, onkologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo Prof Djajadiman Gatot SpA(K) mengatakan, sampai saat ini, belum ada bukti virus corona bisa menyebabkan kanker. "Anak dicurigai kanker tetapi terjangkit Covid-19, maka obati dulu Covid-19 dan kalau memungkinkan sambil mendiagnosis kankernya,” kata Gator dalam webinar Yayasan Ongkologi Anak Indonesia (YOAI), Sabtu (12/9).
Jika anak yang mengidap kanker itu sudah sembuh dari Covid-19, maka dokter bisa mulai mengobati kankernya. Namun, Gatot mengingatkan pengobatan seperti kemoterapi akan menurunkan imunitas tubuh, sehingga harus sangat hati-hati diterapkan.
"Apabila sedang menjalani pengobatan kanker dan anak tertular Covid-19, maka pengobatan kankernya dikurangi atau dihentikan sementara sampai sembuh dari Covid-19," ujar Gatot.
Terkait apakah kanker merupakan penyakit turunan, Gatot menjelaskan, tidak ada bukti kanker anak itu diturunkan, kecuali kanker mata (retinoblastoma). Karena itu, kanker anak susah dicegah, dan yang penting memerhatikan dan memantau anak yang berisiko tinggi.
Gatot mengatakan, pengobatan pada kanker anak stadium lanjut lebih sulit, sehingga gejala sekecil apapun jangan diabaikan sejak dini. Orang tua harus segera membawa anak ke dokter untuk memeriksakannya.
“Gejala kanker tahap dini memang sulit, tapi pengobatannya mudah,” kata dia.
Gatot menegaskan, kanker pada anak sangat bisa disembuhkan, asalkan segera diobati di tahap dini. Selain tindakan medis, pengobatan juga meliputi suportif, dilanjutkan rehabilitasi.
Orang tua yang memiliki anak yang diduga kanker harus mendapatkan informasi cukup tentang diagnostik, rencana pengobatan yang membutuhkan waktu lama, komplikasi pengobatan, dan prognosis penyakit. Pada pasien kanker anak yang kondisinya sudah sulit disembuhkan, ada perawatan paliatif yang membuat pasien nyaman, sehingga di akhir hidupnya anak tidak merasakan nyeri.