REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker paru masih menjadi kanker paling mematikan di Indonesia. Data yang dihimpun oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengungkap adanya peningkatan angka kunjungan pasien kanker paru pada pusat rujukan respirasi nasional sebesar hampir 10 kali lipat dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu.
Data yang sama juga menemukan insiden tertinggi untuk kanker paru di Indonesia adalah pada laki-laki dan 11,2 persen lainnya adalah perempuan. Kasus tersebut menempatkan Indonesia pada zona yang serius.
Wakil Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PDPI, dr Sita Laksmi Andarini PhD SpP(K) menjelaskan, kanker paru angka kejadiannya tinggi. Di dunia, kanker paru menduduki urutan ke lima.
Sementara itu, di Indonesia kanker paru pada pria menduduki posisi pertama dan pada perempuan menduduki nomor tiga dari kanker keseluruhan. Berdasarkan data Globocan, ada 30.023 penduduk Indonesia didiagnosis kanker paru dan 26.095 orang meninggal akibat kanker paru pada tahun 2018.
Gejala kanker paru biasanya berupa batuk, sesak napas, batuk darah (hemoptisis), nyeri dada, dan bengkak. Terkadang, gejala ini muncul setelah stadium lanjut. Data di Rumah Sakit Persahabatan menunjukkan, di atas 85 persen pasien datang pada stadium lanjut.
"Hal ini terjadi karena pada paru tidak ada indra perasa, tidak terasa oleh pasiennya, kecuali dia sudah mengenai dinding dada. Pada dinding dada, ada saraf perasa, karena itu baru terasa nyeri atau batuk," ungkap Sita dalam online session #LUNGTalk, dengan tajuk Membuka Harapan Hidup yang Lebih Baik bagi Pasien Kanker Paru dengan Pengobatan Inovatif, awal September lalu.
Sita menjelaskan, kanker paru primer adalah kanker yang berasal dari epitel bronkus atau atau alveolus. Secara histologi, kanker paru dibagi dua, yakni kanker paru jenis sel kecil dan bukan sel kecil.
Menurut Sita, pasien kanker wajib tahu, karena itu akan menentukan terapi ke depannya. Jenis yang paling banyak terjadi adalah adenokarsinoma, sekitar 85 persen dari keseluruhan jenis kanker.
Untuk stadium, kanker paru dibagi menjadi stadium 1, 2, 3, dan 4. Treatment dilakukan berdasarkan jenis dan stadium kanker.
Treatment yang diberikan bisa berupa bedah, kemoterapi, radioterapi, dan terapi target atau imunoterapi. Tatalaksana terkini kanker paru memungkinkan peningkatkan kualitas hidup dan harapan hidup. Dengan evolusi tatalaksana kanker paru pada saat ini mengubah tatalaksana kanker paru sebagai penyakit kronik.
"Kanker paru dapat dicegah dan diobati,” tutur Sita.