Kamis 10 Sep 2020 07:55 WIB

Pandemi, Saat Tepat Hentikan Gaya Pengasuhan Perfeksionis

Gaya pengasuhan perfeksionis tak baik untuk anak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Anak belajar bersama orang tua di rumah (ilustrasi).  Tekanan yang diberikan kepada  orang tua perfeksionis terhadap anaknya untuk bisa menjadi sosok ideal dapat memunculkan perasaan cemas dan juga depresi.
Foto: www.freepik.com
Anak belajar bersama orang tua di rumah (ilustrasi). Tekanan yang diberikan kepada orang tua perfeksionis terhadap anaknya untuk bisa menjadi sosok ideal dapat memunculkan perasaan cemas dan juga depresi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang tua tentu ingin melihat anak-anak mereka tumbuh menjadi sosok yang sukses. Keinginan ini terkadang mendorong sebagian ayah dan ibu untuk menerapkan pola pengasuhan yang perfeksionis.

Gaya pengasuhan yang ketat dan menuntut kesempurnaan dapat membawa beragam dampak bagi anak di masa mendatang. Seperti diungkapkan Jordan Gray Consulting, beberapa dampak di antaranya adalah anak akan menjadi sosok yang cenderung menyembunyikan emosi, merasa malu pada diri sendiri, rentan terhadap adiksi, hingga kesulitan menerima kritik.

Baca Juga

Tekanan yang diberikan kepada anak untuk bisa menjadi sosok ideal dapat memunculkan perasaan cemas dan juga depresi. Pola pengasuhan perfeksionis juga akan membuat anak merasa bahwa mereka merupakan sebuah "produk" di mana mereka dibentuk dan dicetak untuk menjadi sosok yang direncanakan oleh orang tua mereka.

Anak, khususnya di usia pra remaja dan remaja lebih membutuhkan ruang psikologis, emosional, dan fisik. Tanpa ruang-ruang ini, anak cenderung tidak bisa melakukan pekerjaan yang mereka perlu lakukan untuk menjadi diri sendiri. Ketiadaan ruang-ruang ini juga membuat anak sulit untuk mengembangkan kemampuan yang mereka butuhkan untuk menjadi sukses.

"Sukses dalam apa pun yang mereka lakukan," jelas penulis And Then They Stopped Talking to Me: Making Sense of Middle School Judith Warner, seperti dilansir CNN.

Sikap perfeksionis memang tidak mudah untuk dihilangkan begitu saja. Akan tetapi, bukan berarti sikap perfeksionis dalam pola pengasuhan mustahil untuk diredam.

Masa pandemi Covid-19 ini memberikan cukup banyak waktu bagi orang tua untuk mengubah sikap perfeksionis mereka dalam pola pengasuhan anak. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan.

Memperhatikan diri sendiri

Hal pertama yang perlu dilakukan orang tua adalah merawat diri sendiri. Ketika orang tua turut memprioritaskan kebutuhan diri sendiri, ada dua manfaat yang bisa didapatkan.

Yang pertama, tekanan yang diterima anak akan berkurang. Kedua, orang tua juga akan berada dalam suasana hati yang lebih baik.

Dengan suasana hati yang lebih baik, orang tua tak akan lebih baik dalam bersikap ketika anak mengalami kegagalan. Ayah dan ibu tak akan merasa diri terlalu gagal sebagai orang tua dan anak juga tidak terlalu merasa sebagai orang yang gagal hanya karena satu kesalahan.

Lepaskan ego orang tua

Ayah dan ibu juga perlu melepaskan ego mereka pada performa atau pencapaian anak. Orang tua perlu meyakinkan bahwa anak mereka berarti, apa pun yang terjadi. Ayah dan ibu juga perlu menunjukkan sikap ini terhadap komunitas yang lebih luas.

Misalnya, orang tua mengajarkan anak untuk berbuat baik kepada siapa pun. Setelah itu, orang tua juga memberi contoh dengan bersikap baik kepada semua orang tanpa memandang status atau latar belakang orang lain.

Lebih mengenali anak

Di masa pandemi ini, orang tua cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak. Momen ini dapat dimanfaatkan untuk bisa lebih mengenali buah hatinya. Misalnya, menanyakan apa yang anak sukai dan apa yang anak lakukan di masa pandemi.

"Apa yang mereka rindukan dan tidak mereka rindukan (di masa pandemi)," jelas pelatih pola pengasuhan Meghan Leahy.

Sebagian anak mungkin merasa senang tidak harus melakukan beragam aktivitas di tengah pandemi. Namun, tak sedikit pula anak yang menangis dan sedih karena rindu beraktivitas di luar rumah. Dengan membuat percakapan ini, ayah dan ibu bisa memahami hal-hal apa yang membuat putra putrinya bersemangat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement