REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kisah film Waiting for the Barbarians diadaptasi dari novel yang ditulis JM Coetzee siap memberikan penikmat film di Indonesia yang masih menjalani aktivitas secara work from home (WFH).
Film yang dirilis kali pertama di ajang Venice Film Festival pada September 2019 ini menghadirkan Johnny Depp yang berperan menjadi sosok antagonis sebagai polisi yang kejam.
“Di saat situasi masih seperti sekarang, harapan kami kehadiran film berkualitas di layar Mola TV ini akan menjadi hiburan menarik buat para penikmat film di Indonesia,“ kata CEO Mola TV Mirwan Suwarso di Jakarta, Senin (10/8).
Film yang disutradarai Ciro Guerra ini menghadirkan dua aktor Hollywood ternama, yani Johnny Depp dan Robert Pattinson. Lokasi syuting dilakukan di daerah pegunungan dan padang pasir di wilayah Maroko.
“Tema besar dari film ini menjadi pengingat betapa imperalisme dan kolonialisme telah mengubah kehidupan manusia,” ujar Suwarso.
Berdasarkan sinopsisnya, Johnny Depp berperan sebagai polisi kejam yang bertugas menyelesaikan pemberontakan dengan cara-cara keras seperti menggunakan penyiksaan dalam interogasi. Sementara, Pattinson berperan sebagai polisi junior yang selalu membayangi Depp.
Film menceritakan kisah saat seorang hakim yang bekerja di pos terdepan mulai mempertanyakan kesetiaannya ke penguasa. Hakim itu mempertanyakan kesetiaannya sejak para petugas keamanan negara yang dipimpin Johnny Depp datang.
Di wilayah yang tidak disebutkan namanya, dengan karakteristik geografis seperti Asia dan Timur Tengah, seorang hakim pemerintah kolonial (dimainkan Mark Rylance) bertugas mengawasi penduduk lokal multietnis.
Semula, hakim itu tidak kesulitan menjalankan tugasnya. Suatu hari pemerintah kolonial dari tanah air si hakim di Eropa mengirim Kolonel Joll, petugas otoriter yang diperankan Johnny Depp.
Semula, kolonel Joll berpura-pura memiliki sikap rendah hati dan mengesankan hingga mau bekerja sama dengan si hakim.
Namun, sebagai komandan pasukan rezim kolonial, Kolonel Joll kemudian melakukan serangkaian interogasi yang disertai dengan penyiksaan. Hal ini mendorong si hakim mulai tidak simpati dengan Kolonel Joll.
Lantas seperti apakah kisah selanjutnya?