REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dosen FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Riana Mashar menggambarkan bagaimana kondisi keluarga yang menyenangkan. Menurut dia, keluarga menyenangkan itu mempunyai rasa saling memiliki. Kondisi itu bisa terpenuhi baik dengan mengembangkan nilai-nilai keluarga.
"Sebuah keluarga kuat dan baik adalah keluarga yang punya value," kata Riana dalam Covid-19 Talk bertema Menjadikan Rumah yang Menyenangkan Bagi Keluarga yang digelar Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Senin (3/8).
Data Layanan Dampingan Psikososial (LDP) MCCC PP Muhammadiyah menemukan, masalah utama yang dirasakan sebagian besar orang yang harus di rumah karena pandemi Covid-19, tidak lain hal-hal terkait permasalahan psikologis.
Ia mengungkapkan, masalah yang banyak dikeluhkan klien bukan finansial, walaupun pasti itu dialami. Bagi anak-anak, ternyata kemarahan-kemarahan yang ditunjukkan orang tua justru bisa membuat mereka merasa tidak nyaman.
Belum lagi kalau orang tua ternyata tidak cukup sabar mendampingi anak-anak. Tugas sekolah, sekolah tidak tatap muka, jenuh selama di rumah dan friksi dalam interaksi antar saudara kandung berpotensi membuat anak menjadi stres.
"Kalau sebagai orang tua tidak benar-benar menyikapi ini dengan emosi yang positif, maka kondisi ini pasti akan menjadi sumber ketidakbahagiaan dalam keluarga kita," ujar Riana.
Riana menuturkan, membuat keluarga bahagia dan tenang sesuai konsep WHO tidak cuma kebutuhan biologis (makan/minum) dan psikologis. Ia menekankan, kebutuhan sosial, spiritual dan agama harus terpenuhi.
"Agar orang tua bisa memahami pemenuhan kebutuhan anak-anak, maka orang tua juga harus memahami tahap perkembangan anak dan mempunyai kepekaan terhadap berbagai macam kondisi anak," kata Riana.
Psikolog, Lya Fahmi, menerangkan pandemi membuat banyak perubahan yang butuhkan adaptasi mulai dari orang tua harus kerja di rumah, anak harus belajar di rumah sampai timbul perasaan tidak aman. Perubahan satu anggota keluarga itu pengaruhi anggota keluarga lain.
Untuk itu, orang tua harus memiliki kemampuan menghadapi krisis. Mulai dari menerima dan meregulasi emosi sampai mengadaptasi dan mengevaluasi kegiatan. Sebab, pandemi Covid-19 merupakan penyebab stres yang tidak bisa dihindari.
"Bagaimana keluarga bertahan dalam menghadapi pandemi, dikembalikan bagaimana keluarga memandang pandemi, dipandang sebagai suatu yang buruk atau dipandang sebagai tantangan," ujar Lya.