REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Wiendra Waworuntu mengungkap masalah hepatitis di Indonesia masih cukup besar. Ia menyebut, hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia.
Wiendra menjelaskan, hepatitis adalah proses peradangan sel-sel hati yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, atau parasit), obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak yang berlebihan, dan penyakit autoimun. Dari sederet penyebab tersebut, paling banyak ialah kasus akibat serangan virus Hepatitis.
Virus hepatitis terdiri dari virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Berdasarkan cara penularannya, ada dua kelompok virus hepatitis.
Virus yang ditularkan secara fekal-oral, yaitu virus hepatitis A dan E. Sementara itu, virus yang ditularkan secara parenteral adalah virus hepatitis B, C, dan D.
“Yang paling banyak dan berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas serta ekonomi yialah virus hepatitis A, B, dan C,” jelasnya dalam Zoom Media Webinar “Ayo Deteksi Dini Hepatitis B" yang diselenggarakan Kalbe, pekan ini.
Prevalensi global hepatitis menunjukkan dua miliar orang telah terinfeksi dengan 75 persen di antaranya tinggal di Asia Teggara-Timur. Sebanyak 240 juta merupakan karier kronis dengan risiko sirosis dan kanker hati. Angka kematian terkait hepatitis mencapai 500 ribu sampai 700 ribu per tahun.
Data Indonesia menunjukkan HBsAg (+) sekitar tiga sampai 22 persen. Angka itu menjadikan Indonesia termasuk daerah endemis sedang tinggi.
Wiendra menyebut, vaksinasi telah menurunkan prevalensi hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B paling efektif diberikan pada bayi Hb nol, 1, 2 dan 3 bulan, bahkan bisa diulang hingga empat kali.
"Masalahnya, karier kronik itu punya risiko sirosis dan hepatoma. Belum ada pengobatan efektif yang dapat digunakan luas," tutur Wiendra.
Data riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi hepatitis B 7,1 persen. Sekitar 18 juta penduduk terinfeksi hepatitis B dan sembilan juta berkembang menjadi kronis (50 persen).
Sebanyak 900 ribu kasus berlanjut menjadi sirosis dan kanker hati. Angka penderita paling tinggi di usia produktif, yaitu 40 sampai 44 tahun dan juga usia 50 sampai 69 tahun.
Program nasional dalam pencegahan dan pengendalian virus Hepatitis B saat ini fokus pada pencegahan penularan ibu ke anak. Itu dilakukan karena sekitar 95 persen penularan hepatitis B adalah secara vertikal, yaitu dari ibu yang positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya.
"Untuk itu, kami sangat menekankan kepada seluruh masyarakat agar melakukan deteksi dini hepatitis B," kata Wiendra.