Senin 20 Jul 2020 06:00 WIB

Protein Hewani Lebih Efektif Bangun Massa Otot di Usia Tua

Pemicu utama hilangnya massa otot adalah pengurangan protein otot dari asam amino.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Makanan mengandung protein hewani. Berdasarkan penelitian, protein hewani dianggap lebih baik dalam mendukung pemeliharaan massa otot daripada protein nabati.
Foto: Netdoctor
Makanan mengandung protein hewani. Berdasarkan penelitian, protein hewani dianggap lebih baik dalam mendukung pemeliharaan massa otot daripada protein nabati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menunjukkan bahwa protein hewani lebih efektif daripada protein nabati dalam mendukung pemeliharaan massa otot di usia tua. Penelitian ini dipresentasikan pada konferensi virtual The Physiological Society Future Physiology 2020.

Jumlah vegan di Inggris telah meningkat empat kali lipat sejak 2006. Itu artinya ada sekitar 600 ribu vegan di Inggris. Meskipun pola makan nabati bermanfaat bagi lingkungan, namun tak jelas seberapa efektif pola makan ini menjaga otot tetap kuat hingga usia senja.

Baca Juga

Para ilmuwan umumnya sepakat bahwa pemicu utama hilangnya massa otot seiring bertambahnya usia adalah pengurangan protein otot yang dibangun dari asam amino. Asam amino berasal dari protein yang dimakan dan juga terbentuk ketika berolahraga.

Oliver Witard dari King's College London mempresentasikan penelitian pada konferensi The Future Fisiologi 2020 The Physiological Society tentang protein kedelai dan gandum yang menunjukkan bahwa dosis lebih besar dari protein nabati ini penting guna mencapai respons yang seimbang dalam membangun otot.

Menurut Witard, beralih dari pola makan protein hewani ke pola makan nabati tanpa menyesuaikan asupan protein total, berpotensi merusak kesehatan otot selama penuaan. Pendekatan yang lebih seimbang antara asupan protein hewani dan nabati adalah opsi terbaik.

Witard dan timnya melakukan penelitian laboratorium yang dikontrol secara ketat terhadap manusia yang lebih banyak mengonsumsi protein nabati dibandingkan dengan sumber protein berbasis hewani. Untuk menguji perubahan pada otot partisipan, Witard menggunakan beberapa teknik termasuk metodologi isotop stabil, pengambilan sampel darah, dan biopsi otot rangka untuk melihat seberapa cepat otot terbentuk dari asam amino.

Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini hanya membandingkan dua sumber protein nabati, yaitu kedelai dan gandum. Para peneliti di bidang ini akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang protein nabati menjanjikan lainnya seperti gandum, kuinoa dan jagung.

"Penelitian ini menantang sudut pandang luas bahwa protein nabati tidak membantu membangun otot sebanyak protein hewani, dengan menyoroti potensi sumber protein nabati alternatif untuk mempertahankan ukuran dan kualitas otot yang menua," kata Witard seperti dilansir Times Now News, Ahad (19/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement