Selasa 30 Jun 2020 22:25 WIB

Gadis Cilik India Teteskan Air Mata Darah, Kok Bisa?

Anak perempuan berusia 11 tahun di India alami kondisi air mata darah.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Menyeka air mata (Ilustrasi). Hemolacria merupakan kondisi yang membuat orang meneteskan air mata berupa darah.
Foto: Republika/Prayogi
Menyeka air mata (Ilustrasi). Hemolacria merupakan kondisi yang membuat orang meneteskan air mata berupa darah.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Seorang anak perempuan berusia 11 tahun di India dilaporkan mengeluarkan air mata darah. Ia kemudian diperiksa ke rumah sakit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Kondisi tersebut diyakini sebagai hemolacria, sebuah kasus medis yang sangat langka. Ini membuat seseorang menghasilkan air mata darah, yang umumnya dikaitkan dengan tumor, trauma, dan infeksi seperti konjungtivitis.

Baca Juga

Dilansir Health 24, apa penyebab dari hemolacria pada anak perempuan tersebut sebenarnya belum dapat diketahui secara pasti. Studi kasus kemudian dilakukan oleh tim dokter spesialis mata dari Institut Ilmu Kedokteran All India di New Delhi dan diterbitkan dalam Laporan Kasus BMJ bulan ini.

Setelah gadis itu meneteskan air mata darah secara spontan selama seminggu, sang ibu memutuskan membawa putrinya ke klinik untuk menjalani pemeriksaan. Dalam laporan, disebutkan bahwa pasien mengeluarkan air mata darah tersebut dalam dua hingga tiga kali per hari yang berlangsung selama dua hingga tiga menit.

Namun, saat kondisi muncul, gadis tersebut sedang tidak menangis atau stres. Ia juga tidak memiliki riwayat trauma atau penyakit.

"Saya khawatir tentang kesehatan anak saya. Darah yang keluar dari matanya mengerikan. Saya harap tidak akan ada kejadian serupa lagi,” ujar sang ibu.

Gadis berusia 11 tahun itu pun ditempatkan di bawah pengawasan selama dua hari. Saat itu, ia tetap meneteskan air mata darah selama dua hingga tiga kali per hari.

Penelitian sebelumnya mendokumentasikan hemolacria yang terjadi selama menstruasi, karena perubahan hormon. Tetapi, pasien saat ini belum mengalami menstruasi, karena itu dikesampingkan sebagai penyebabnya.

Lebih lanjut, dari serangkaian tes yang dilakukan, tim dokter menemukan kelenjar air mata, fungi hati, dan ginjal, seluruhnya ditemukan dalam batas normal. Dokter mata juga menulis bahwa penelitian dan evaluasi yang dilakukan menyimpulkan kondisi pasien sebagai idiopatik atau penyebab tidak diketahui.

Laporan menyebut keluarga pasien berusia 11 tahun ini akan melakukan pertemuan lebih lanjut dengan tim dokter untuk berusaha terus mencari penyebab hemoclaria. Sebelumnya, kondisi ini dilaporkan pernah terjadi di negara lain, meskipun tetap sangat jarang.

Di Italia, seorang pria berusia 52 tahun mengalami kondisi air mata darah. Kemudian, ada bayi berusia empati bulan yang juga ditemukan dengen kasus serupa.

Bayi tersebut dilaporkan menjalani pengobatan dengan tetes mata antibiotik. Kondisinya kemudian membaik hanya dalam tiga hingga empat hari.

Studi tentang kasus air mata darah juga pernah diterbitkan dalam Saudi Journal of Ophthalmology. Dari penelitian, disebutkan 15 kasus dari kondisi yang mengganggu ini dan menjelaskan bahwa usia rata-rata pasien adalah 12 tahun.

Menurut studi tersebut, hemolacria pertama kali dideskripsikan oleh Rembert Dodoens, seorang dokter pada 1581 setelah menyaksikannya pada seorang gadis berusia 16 tahun. Namun, bagi mereka yang mengalami kondisi ini tidak perlu tidak khawatir karena dalam sebagian besar kasus, masalah ini perlahan akan membaik, bahkan kemudian hilang sepenuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement