REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli penyakit jantung dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk Maizul Anwar meminta masyarakat untuk tidak takut melakukan operasi jantung pada saat pandemi COVID-19. Menurut dia, pandemi COVID-19 membuat sebagian besar masyarakat khawatir untuk keluar dari rumah dan melakukan operasi. Namun, jika dibiarkan, hal itu justru memperburuk kondisi kesehatan jantung pasien.
"Jika kondisi jantungnya tidak lagi normal dan memerlukan operasi, maka pasien harus dioperasi. Jangan takut, karena dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik," ujar Maizul dalam bincang virtual di Jakarta, Jumat (12/6).
Maizul menambahkan sebelum pasien dioperasi, maka pasien terlebih dahulu mengikuti tes cepat (rapid test) atau dengan metode usap (swab) untuk mengetahui apakah pasien positif terinfeksi COVID-19 atau tidak. Jika hasil tes positif, maka tim dokter menyarankan agar pasien menunda operasinya. Dengan catatan kondisi pasien itu tidak darurat atau tidak memerlukan operasi dalam waktu cepat.
"Penyakit jantung merupakan salah satu faktor risiko pada COVID-19. Kalau dioperasi saat pasien masih positif COVID-19, maka dikhawatirkan akan memperburuk keadaan pasien tersebut," jelas dia.
Pasien tersebut harus mengikuti perawatan penanganan COVID-19 dahulu. Setelah sembuh baru kemudian dioperasi untuk membantu memulihkan kerja jantungnya.
Maizul menjelaskan hingga saat ini belum menemukan adanya kasus darurat pada jantung dan COVID-19 secara bersamaan. Jika penyakit jantungnya bukan kondisi yang darurat, maka tetap dilakukan pemeriksaan awal.
"Pemasangan ring atau operasi katup pada jantung, merupakan kondisi yang bukan darurat, namun dibutuhkan oleh pasien. Prosedur skrining tetap dilakukan sambil memberikan perawatan berupa obat-obatan sampai hasilnya keluar," kata dia.