Jumat 12 Jun 2020 03:34 WIB

Berkemih Juga Bisa Terjadi tanpa Disadari, Kok Bisa?

Berkemih tanpa disadari dikenal juga dengan istilah inkontinensia urine alias beser.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Anak mengompol/ilustrasi. Inkontinensia urine (beser) merupakan proses berkemih tanpa sadar, tanpa dapat dikendalikan meski anak berusaha menahannya.
Foto: Pixabay
Anak mengompol/ilustrasi. Inkontinensia urine (beser) merupakan proses berkemih tanpa sadar, tanpa dapat dikendalikan meski anak berusaha menahannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain mengompol di malam hari, ada anak yang juga suka mengompol di siang hari. Apakah hal ini wajar? Apa penyebabnya?

Dokter spesialis anak Dr dr Bobby S Dharmawan SpA menjelaskan inkontinensia urine (beser) merupakan proses berkemih tanpa sadar, tanpa dapat dikendalikan meski anak berusaha menahannya. Air kemih menetes dan tidak lampias karena pengosongan kandung kemih tidak sempurna.

Baca Juga

Inkontinensia urine terbagi menjadi dua, yaitu inkontinensia terus menerus dan inkontinensia intermiten. Apabila pengeluaran urine terjadi terus menerus, pagi, siang, sore dan malam, maka bisa jadi ada kelainan anatomi.

"Ini disebut inkontinensia instruktural," jelas Bobby.

Sementara itu, inkontinensia intermiten biasanya melibatkan pengeluaran urine dalam kondisi dan waktu tertentu. Ini disebut inkontinensia fungsional.

Inkontinensia struktural, menurut Bobby, bisa disebabkan oleh kelainan anatomik dan kelainan neurologik. Kelainan anatomik atau cacat bawaan saluran berkemih bisa berupa saluran kemih terletak tidak semestinya, kandung kemih berada di luar tubuh, atau gangguan fungsi otot sfingter dan bersatunya kandung kemih dengan vagina melalui saluran yang tidak semestinya atau fistula.

“Biasanya dari bayi sudah ketahuan, kemaluannya selalu basah,” jelasnya.

Kelainan neurologik, menurut Bobby, berasal dari gangguan jalur saraf pusat atau tepi. Penyebabnya spina bifida atau tulang belakang yang terbuka, palsi selebral atau kelainan otak, kelainan tulang belakang atau scoliosis, tumor saraf tulang belakang, maupun trauma atau benturan keras yang menyebabkan kerusakan saraf tulang belakang.

“Semua menyebabkan kelaianan pada saraf tepi dan saraf pusat,” ujarnya.

Sementara itu inkontinensia fungsional dibagi dalam beberapa macam. Pertama, overactive bladder yaitu keinginan berkemih yang mendesak atau urgensi dan dapat disertai mengompol.

Kedua, dysfunctional voiding, yaitu gangguan fungsi atau disfungsi berkemih akibat kontraksi otot alat berkemih bagian luar yang berlebihan sehingga pancaran air kemih terputus-putus, tidak lampias, atau menungggu lama dan pengosongan kandung kemih tidak sempurna.

Ketiga, giggle incontinence, yakni berkemih yang timbul saat anak tertawa terbahak-bahak, biasa disertai pengosongan kandung kemih sebagian. Keempat, stress incontinence, yaitu keluarnya air kemih dalam jumlah sedikit pada saat tekanan rongga perut meningkat seperti saat mengejan atau batuk.

Kelima, vesicovaginal entrapment, yakni pada anak perempuan terjadi rembesan urine segera setelah selesai berkemih tanpa rasa ingin berkemih lagi. Keenam, sindrom eliminasi, yaitu gangguan pengosongan kandung kemih dan usus besar sehingga menjadi jarang berkemih dan mengalami konstipasi.

Bahaya inkontinensia urine

Urine yang sudah penuh dalam kandung kemih harus dikontraksikan. Namun, andaikan ada kelainan saraf, maka urine tidak berhasil keluar, tidak lampias.

Sisa atau residu urine pun membuat risiko terjadi infeksi saluran kemih berulang. Selain itu, urine yang tidak keluar bisa terjadi balik arah. Andaikan urine sudah berbalik arah, maka secara kronis akan menyemprot ke arah ginjal, maka ginjal akan membesar.

“Lama kelamaan secara kronis akan berbahaya, akan menyebabkan gagal ginjal,” jelas Bobby.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement