REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meghan Markle ikut berbicara tentang kasus kematian George Floyd, pria kulit hitam yang dianiaya perwira polisi kulit putih Amerika Serikat (AS). Markle turut memberikan ceramah tetang rasialisme itu saat berpidato di hadapan para siswa lulusan sekolah menengahnya, Immaculate Heart di Los Angeles.
"Saya sangat menyesal bahwa Anda harus tumbuh di dunia di mana ini masih ada," katanya, begitu salah satu kutipan menyentuh Menghan dalam pidato, dilansir laman People, Jumat (5/6).
The Duchess of Sussex memberikan pidato pembukaan mengejutkan itu dalam upacara virtual, di mana dia muncul melalui sambungan telfon. Berbicara kepada para siswa, Meghan mengungkapkan bahwa sulit baginya untuk menemukan kata-kata yang mewakili perasaannya mengenai kematian Floyd dan kerusuhan sosial di negara itu.
“Apa yang terjadi di negara kita dan di negara kita dan di kampung halaman kami di LA benar-benar menghancurkan. Saya tidak yakin apa yang bisa saya katakan kepada Anda," ungkap perempuan berusia 38 tahun itu.
Duchess of Sussex mengaku ingin mengatakan hal yang benar dan merasa gugup. Sekaligus menyadari satu-satunya hal yang salah untuk dikatakan adalah tidak mengatakan apa-apa.
"Kehidupan George Floyd penting dan kehidupan Breonna Taylor penting dan hidup Philando Castile penting dan hidup Tamir Rice penting, dan begitu juga banyak orang lain yang namanya kita kenal dan yang namanya kita lakukan tidak tahu," ujarnya.
Sebelumnya Meghan juga kerap berbicara tentang bagaimana sekolah swasta Katolik membantu dirinya menemukan kepercayaan diri dan belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin. Menurut sebuah sumber, Meghan kerap sakit hati menyaksikan anak-anak muda yang harus melihat metidakadilan dunia.
Dalam pidato enam menit itu, Meghan mengenang saat dia menjadi sukarelawan selama tahun keduanya di sekolah khusus perempuan. Kemudian salah satu mantan gurunya, Ms Pollia, berkata kepadanya, agar ia selalu ingat untuk menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhanmu, ketakutan sendiri.
Wejangan itu telah melekat padanya sepanjang hidup. Ia telah memikirkannya lebih banyak di peka terakhir daripada sebelumnya.
"Aku sangat sedih kamu harus tumbuh di dunia di mana ini masih ada," tuturnya.