VIVA – Pasangan Blake Lively dan Ryan Reynolds mendonasikan uang sebesar US$200 ribu (Rp2,8 miliar) pada asosiasi nasional Amerika Serikat untuk perkembangan orang dengan kulit berwarna (NAACP), untuk membantu melawan ketidakadilan dan rasisme yang terjadi akibat kasus kematian George Floyd.
Kedua bintang Hollywood tersebut tidak ikut serta dalam aksi protes dan demonstrasi Black Lives Matter, yang merebak di sejumlah kota di seluruh AS pada akhir pekan kemarin (29-31 Mei 2020).
Namun, mereka memutuskan untuk menunjukkan dukungan mereka dengan mendonasikan uang banyak pada organisasi tersebut. Donasi ini telah mereka umumkan di akun Instagram masing-masing.
"Kami tak pernah khawatir mempersiapkan anak-anak kami untuk aturan berbeda atau apa yang akan terjadi jika mobil kami diberhentikan di jalan. Kami tidak tahu seperti apa rasanya mengalami hari seperti itu," tulis mereka.
"Kami tak bisa membayangkan merasakan ketakutan dan kemarahan seperti itu. Kami malu bahwa di masa lalu kami membiarkan diri kami tak mengetahui tentang sistem rasisme yang sudah mengakar kuat," tambah Blake Lively dan Ryan Reynolds.
Mereka juga mengatakan kalau mereka telah mendidik anak-anak mereka berbeda dengan cara mereka dididik orangtua mereka.
"Kami ingin mengedukasi diri sendiri mengenai pengalaman orang lain dan bicara pada anak-anak kami mengenai segalanya, semuanya, terutama masalah kami sendiri. Kami bicara soal kebiasan, kebutaan dan kesalahan kami sendiri," kata mereka.
"Kami melihat ke belakang dan melihat banyak sekali kesalahan yang membuat kami benar-benar melihat siapa diri kami dan kami ingin menjadi siapa. Itu membawa kami pada pelajaran besar," jelas keduanya.
Blake Lively dan Ryan Reynold mengatakan bahwa mereka telah berkomitmen untuk membesarkan anak-anak mereka agar tidak rasis. Dan agar anak-anak mereka akan melakukan yang terbaik untuk tidak menyakiti orang lain, baik secara sengaja atau tidak.
"Itu setidaknya yang bisa kami lakukan untuk menghormati bukan hanya George Floyd, Ahmaud Arbery, Breonna Taylor dan Eric Garner, tapi seluruh pria dan wanita berkulit hitam yang terbunuh saat tak ada kamera yang merekam," ucap mereka.
Seperti diketahui, kematian George Floyd di tangan polisi berkulit putih Minneapolis memicu kemarahan di seluruh AS dan aksi protes serta demonstrasi pun diwarnai kekerasan.
Peristiwa tewasnya Floyd saat ditangkap polisi terekam kamera. Polisi itu mencekik leher Floyd menggunakan lututnya saat penangkapan, membuat Floyd tak bisa bernapas. Ia kemudian kehilangan kesadaran dan meninggal.
Empat orang petugas polisi yang menangkap Floyd telah dipecat dan Derek Chauvin, polisi yang membunuh Floyd, telah ditangkap dan didakwa atas pembunuhan tingkat ketiga dan penyiksaan tingkat kedua.
Sementara Black Lives Matter sendiri merupakan gerakan untuk melawan rasisme dan ketidakadilan pada masyarakat kulit hitam di AS, yang dipicu oleh kasus kematian George Floyd.