REPUBLIKA.CO.ID, Penilaian yang keras dan mempermalukan menyebabkan banyak orang tua takut terlihat sebagai orang tua yang buruk. Bahkan ketika mereka tak melakukan kesalahan sekalipun. ''Itu bisa mengarah ke masalah yang lebih besar,'' tulis psikoterapis Amy Morin.
Lebih lanjut, ia menyebutkan rasa takut terlihat sebagai orang tua yang buruk membawa pada tiga masalah.
Pertama, orang tua menolak membiarkan anak mereka gagal. Orang tua khawatir bahwa sepatu bola anak yang tertinggal atau tugas PR berantakan akan membuat mereka terlihat buruk. Maka, mereka menyelamatkan anak-anak dan selalu menyiapkan untuk anak. Akhirnya, anak kehilangan kesempatan belajar keterampilan hidup yang berharga.
Kedua, orang tua menyembunyikan kesalahannya. Tak seorang pun ingin mengalami kecaman keras. Maka, dalam upaya menghindari komentar penuh penilaian dan saran yang tak diinginkan, sejumlah orang tua memilih menyembunyikan kesalahan pengasuhan mereka. Kerahasiaan bisa mengarah pada aib dan masalah sering kali menjadi tak terselesaikan.
Ketiga, orang tua kehilangan pandangan atas nilai mereka. Sejumlah orang tua mengubah kebiasaan pengasuhan mereka dalam upaya menghindari terlihat sebagai orang tua yang buruk. Mereka menyerah pada rengekan dan tantrum di depan umum karena mereka takut perilaku buruk anak membuat mereka terlihat buruk. Atau mereka begitu sibuk berupaya agar terlihat sebagai keluarga sempurna di medsos, sehingga mereka tidak menunjukkan isu keseharian mereka.
Jika ada yang pasti tentang pengasuhan, kata Amy Morin, adalah Anda pasti akan gagal pada suatu waktu.
Bahkan seorang ayah/ibu yang sempurna sekalipun. Orang tua tentunya tidak akan melakukan hal yang buruk bagi anak, tapi kesalahan pasti terjadi suatu waktu.
Dan, di sisi lain, anak-anak pun akan bertemu dengan ketidaksem purnaan dalam hidupnya. Ia akan tumbuh besar dan mem punyai teman indekos yang tidak sem purna, punya calon kuliah yang tak sempurna, bekerja dengan orang yang tidak sempura. ''Belajar menghadapi beragam orang adalah keterampilan yang penting,'' tulis Morin.
Ini bukan berarti ayah atau ibu harus mengacaukan tujuan pengasuhan hanya untuk mengajarkan anak pelajaran hidup lebih banyak. Namun, artinya adalah orang tua bisa mengambil tanggung jawab untuk kesalahankesalahan dalam pengasuhan anak.
Namun, pada gilirannya, ayah ibu bisa menjadi contoh bagaimana membangun kekuatan mental dengan bangkit dari kegagalan, memperbaiki keadaan saat melukai seseorang, dan belajar dari kesalahan yang sudah telanjur dilakukan.