REPUBLIKA.CO.ID, Pendidikan adalah hal mendasar yang diperlukan oleh siapa pun untuk melihat masa depan dunia. Tidak ada kata terlalu dini untuk merencanakan pendidikan anak.
Perencana Keuangan One Shildt Aziza Fauzy CFP mengatakan, pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan anak. “Anda dapat membuat anggaran khusus pendidikan dengan menyisihkan dana untuk ditabung atau diinvestasikan," kata Aziza.
Besarnya dana yang disisihkan tidak ada batasan baku, semua tergantung pada sekolah seperti apa yang diinginkan, berapa biaya, dan sebagainya. Namun, orang tua dapat menyisihkan setidaknya 10 persen dari penghasilan.
Ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam menyiapkan dana pendidikan. Pertama, pilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan keuangan keluarga. Lokasi sekolah, pilihan kurikulum, serta jurusan juga wajib menjadi pertimbangan saat memilih sekolah untuk anak.
Kedua, jangan berhutang untuk menyekolahkan anak. Saat ini sudah banyak sekolah dengan fasilitas gratis yang sudah disiapkan oleh pemerintah.
Ketiga, menyiapkan dana pendidikan sedini mungkin. Membuat anggaran pendidikan dengan menabung/berinvestasi dapat dilakukan sedini mungkin, bahkan sebelum menikah.
Lalu, tentukan besarnya biaya pendidikan yang dibutuhkan. Aziza menyarankan untuk melakukan survey kecil-kecilan dan tentukan berapa biaya di masa yang akan datang. Inflasi pendidikan harus dimasukkan untuk menghitung kebutuhan dana pendidikan. Tingkat inflasi pendidikan biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi secara umum. Sebagai asumsi, kita menggunakan inflasi pendidikan sebesar 8 persen untuk kasus di bawah ini.
Misalnya, jika ingin membuat anggaran untuk kuliah anak yang baru lahir, usianya 0 tahun. Saat ini uang masuk SD yang diinginkan sebesar Rp 30 juta. Dengan inflasi sebesar 8 persen maka 6 tahun kemudian kemungkinan akan membutuhkan dana sekitar Rp 48 juta.
Tidak kalah penting mengetahui biaya masuk, biaya per semester hingga lulus kuliah di perguruan tinggi yang diinginkan.
"Setelah melakukan survey, biaya saat ini adalah sebesar Rp 200 juta (biaya masuk, hingga selesai). Dengan menghitung inflasi sebesar 8 persen, maka besarnya dana yang harus dikeluarkan 18 tahun kemudian adalah sekitar Rp 800 juta, yang artinya kenaikannya bisa 4 kali lipat," tambahnya.
Berikutnya, tentukan berapa yang harus disisihkan per bulan. Jika 18 tahun lagi diperlukan Rp 800 juta dengan asumsi return investasi sebesar 10 persen, maka orang tua dapat menyisihkan sekitar Rp 1,3 juta per bulan.
Pilihan menabung atau berinvestasi sebenarnya harus disesuaikan dengan jangka waktu dan risiko. Jika ingin menyiapkan untuk masuk kuliah 18 tahun lagi, bisa menempatkan dana di instrumen jangka panjang seperti Reksadana Saham. Namun jika kebutuhan dana tersebut sekitar dua tahun dari sekarang, maka dapat menempatkannya di instrumen investasi jangka pendek seperti deposito ataupun tabungan pendidikan.
Pendidikan anak merupakan salah satu hal penting menurut Sri Apri (31 tahun), seorang guru honorer di sebuah sekolah swasta. Sri mengaku setiap bulannya dia menabung melalui asuransi agar kemudian hari bisa digunakan berbagai kebutuhan masa depan, termasuk sekolah anak.
"Jadi saya ada asuransi gitu, nggak khusus buat apa, tapi ya kalau sudah bisa diambil uangnya bisa untuk dana pendidikan," ujar Sri.
Ibu satu anak itu mengaku harus membayar premi Rp 300 ribu setiap bulannya. Jangka waktu tabungan asuransi tersebut kurang lebih selama 10 tahun. Sri mengaku menyadari pentingnya menganggarkan secara khusus untuk pendidikan.
Menurut Sri, soal investasi dirinya belum terlalu paham. Sebagai wanita, ia mengaku masih memilih membeli emas yang juga dianggap bisa disimpan sebagai investasi ataupun sesekali dipakai sebagai perhiasan. Di samping itu, Sri juga menabung untuk dana pensiun melalui sebuah asuransi perbankan. Dengan menyisihkan kurang lebih Rp 500 ribu untuk asuransi dan dana pensiun itu sudah dirasa cukup oleh guru pendidikan bahasa Inggris tersebut.