Sabtu 09 May 2020 02:49 WIB

Peneliti Temukan Virus Corona Bertahan pada Air Mani

Virus Ebola juga pernah ditemukan terdeteksi dalam air mani pria setelah pemulihan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Dwi Murdaningsih
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti China telah menemukan virus corona dapat bertahan dalam air mani pria, bahkan setelah mereka mulai pulih dari infeksi. Hal itu meningkatkan kemungkinan virus itu bisa ditularkan secara seksual.

Penelitian berskala kecil itu dilakukan dengan melibatkan sampel dari 38 pasien pria yang dirawat di Rumah Sakit Kota Shangqiu. Sampel mereka diuji oleh tim di sana di puncak wabah di China. Sebanyak 38 pasien itu, terdiri atas 23 pasien dalam tahap pemulihan, dan 15 pasien dalam tahap infeksi akut virus corona.

Baca Juga

Hasil pengujiannya, peneliti menemukan sekitar 16 persen pria memiliki bukti Covid-19 dalam air mani mereka. Laporan yang diterbitkan oleh jurnal akses terbuka JAMA Network Open, menunjukkan virus itu ditemukan dalam air mani pada empat pasien dari 15 pasien yang berada dalam tahap infeksi akut. Juga pada dua pasien dari 23 pasien yang sedang pulih.

"Kami menemukan bahwa SARS-CoV-2 dapat hadir dalam semen pasien dengan Covid-19 dan SARS-CoV-2 masih dapat terdeteksi dalam semen pasien yang sedang pulih," kata penulis.

Peneliti itu melanjutkan, SARS-CoV-2 mungkin tersemai ke saluran reproduksi pria, terutama di hadapan peradangan lokal sistemik. Bahkan, lanjut mereka, jika virus tidak dapat bereplikasi dalam sistem reproduksi pria, virus itu mungkin bertahan, kemungkinan disebabkan oleh kekebalan testis yang istimewa.

Para peneliti kemudian menyerukan lebih banyak penelitian yang akan dilakukan pada deteksi virus dan persistensi semen karena penularan seksual. Hal itu mungkin menjadi bagian penting dari pencegahan penularan, terutama karena ada bukti virus dalam memulihkan pasien.

“Penggunaan kondom dapat dianggap sebagai sarana pencegahan untuk pasien ini,” catat para penulis.

Sementara, pakar independen mengatakan temuan itu menarik. Namun demikian, temuan itu harus dilihat dengan hati-hati dan dalam konteks penelitian kecil lainnya yang belum mendeteksi virus pada sperma.

Seorang profesor andrologi di Universitas Sheffield, Allan Pacey, mengatakan hasil studi ini tidak boleh dilihat konklusif. Sebab, ada beberapa kesulitan teknis dalam pengujian semen untuk virus.

“Tapi kita tidak perlu terkejut jika coronavirus ditemukan dalam semen beberapa laki-laki,” jelas dia.

Dia mengatakan hasil yang serupa juga terlihat dengan virus seperti Ebola. Virus Ebola sebelumnya pernah ditemukan terdeteksi dalam air mani pria setelah pemulihan mereka dari infeksi.

Dr James Hotaling, yang turut menulis laporan sebelumnya yang tidak menemukan bukti virus dalam semen 34 pria China dengan Covid-19. Dia mencatat perlu adanya studi baru yang melibatkan jauh lebih banyak pria yang sakit parah karena terinfeksi virus corona.

“Jika penyakit seperti Covid-19 menular secara seksual, itu akan memiliki implikasi besar untuk pencegahan penyakit dan dapat memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan reproduksi jangka panjang pria,” kata Dr Hotaling, dari University of Utah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement