Sabtu 02 May 2020 19:31 WIB

BKKBN Minta Pasutri Tunda Kehamilan di Masa Pandemi

kehamilan selama wabah virus ini bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Akbar
Hubungan intim pasutri
Foto: Google
Hubungan intim pasutri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengimbau pasangan suami istri (pasutri) untuk menunda kehamilan selama masa pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19).

Sebab, kehamilan selama wabah virus ini bisa menyebabkan beberapa hal, termasuk penurunan daya tahan tubuh yang bisa mengakibatkan rentan terinfeksi Covid-19.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta pasutri menunda kehamilan selama masa pandemi.

"Sebab Tuhan telah menciptakan daya tahan tubuh perempuan menurun saat awal kehamilannya supaya tidak menolak bayi. Di awal kehamilan saja imunitas tubuhnya turun dan ini bisa mengakibatkan perempuan hamil ini mudah terinfeksi, termasuk Covid-19," ujarnya saat webinar #di rumah aja, Corona Negatif, Istri Positif, di Jakarta, Sabtu (2/5).

Hasto melanjutkan, perempuan hamil muda pasti mengalami keluhan mual, muntah, dan ini bisa membuat asupan nutrisi yang masuk tubuh menjadi kurang karena adanya perasaan itu. Oleh karena itu, ia meminta pasutri harus menghitung betul kemungkinan kehamilan.

Hal lain yang harus menjadi perhatian, kata dia, pada masa dua bulan pertama kehamilan adalah fase pembentukan organ jabang bayi. Ia mencontohkan kalau perempuan dinyatakan hamil sekarang hingga delapan pekan kehamilan adalah masa pembentukan organ calon buah hatinya seperti kepala, pundak, lutut, kaki, daun telinga, mata, hingga hidung.

"Sehingga kalau perempuan ini terinfeksi, termasuk Covid-19, pada fase dua bulan kehamilan pertama kemudian harus minum obat, kita belum tahu pengaruh obat Covid-19 terhadap orang yang hamil muda. Karena kecacatan terjadi di fase dua bulan pertama kehamilan," katanya.

Haso juga mengatakan minimal 5 hingga 15 persen dari seluruh kehamilan ternyata mengalami keguguran. Artinya, ia menyebutkan setiap 100 perempuan positif hamil, minimal lima orang tidak melahirkan bayinya.

Ia menyebutkan kalau persoalan ini terjadi di masa pandemi ini akan merepotkan ibu hamil yang keguguran. Sebab, kata dia, jumlah dokter saat ini terbatas, layanan fasilitas kesehatan juga terbatas apalagi adanya imbauan jangan ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit jika tidak penting.

Jadi, ia menambahkan, alangkah bijaknya bagi pasutri yang belum hamil untuk menundanya.

"Tunda dulu kehamilan karena ini berdasarkan rekomendasi dokter-dokter fertilitas seluruh dunia yang meminta menunda kehamilan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement